Ketika ada seorang Sufi yang akan di hukum penguasa di tiang gantungan, seseorang menanyakan arti kepuasan, kesabaran dan kebaikan hati. Sang Sufi menjawab dengan hikmah bahwa kepuasan adalah apa yang kita miliki di berikan kepada orang lain, dan kita hanya menikmati yang tidak berharga. Sang Sufi membuktikan ketika di bezuk di penjara oleh kerabat, keluarga dan jamaahnya, buah tangan seluruh pembezuk di berikan kepada penghuni penjara. Sang Sufi hanya makan roti keras yang hanya bisa di makan dengan air. Fakta di lapangan banyak orang yang mengumpulkan harta untuk memperkaya diri sendiri, keluarga dan kroninya. Setelah harta terkumpul juga di nikmati bersama kroni dan keluarganya. Dalam mengumpulkan kekayaan kadang dengan cara-cara yang tidak benar alias KKN. Contoh lima tahun yang lalu ada nama yang sempat viral bernama Tengku Chairil Wardana alias wawan adik kandung Ratu Atut Chosyiyah telah memberikan pembelajaran pada rakyat Indonesia. Di media cetak dan ekektronik di sebutkan mobil yang di sita KPK mendekati angka 60 dan beberapa mobil yang di sita adalah mobil mewah yang membuat beberapa penyidik KPK sulit untuk mengemudikannya. KPK juga telah menyita beberapa molen, tanah Wawan yang di duga pembeliannya dari hasil pencucian uang. Banyak pejabat dan pengusaha kelas kakap di negeri ini mencari harta dengan tidak benar yang menyeretnya masuk bui. LHI, Ahmad Fathonah, Irjen Djoko Susilo, Nazarudin, Angelina Sondakh.
Bukankah salah satu ciri-ciri akan datangnya hari akhir adalah ketika harta itu mengumpul hanya pada seseorang ? Senyampang berkuasa mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan orang lain di rugikan atau tidak. Bukankah Allah swt telah memberikan warning kepada manusia, bahwa manusia di ciptakanNya adalah sebagai makhluk yang tertinggi karena manusia di anugerahi otak agar bisa mencari harta dengan cara yang benar. Setelah mendapatkan harta yang cukup seharusnya ada sebagian harta itu untuk orang lain sebagai sedekah yang bisa membersihkan hartanya yang kotor. Prinsip inilah yang kadang di abaikan oleh manusia.
Sedangkan makna kesabaran menurut Sang Sufi, ketika dalam penjara, sebenarnya bisa lolos dari penjara dengan meruntuhkan tembok sel, akan tetapi Sang Sufi tidak keluar. Syari’at telah memberikan kepada Sang Sufi harus di penjara. Coba kalau hal ini terjadi pada pejabat yang tersandung kasus korupsi, pengusaha kelas kakap, resedivis kelas kakap yang bisa menghancurkan tembok penjara, tentu akan lari dengan secepat-cepatnya. Peristiwa Gayus Tambunan yang bisa keluar dengan menyogok penjaga sel telah memberikan pembelajaran kepada kita.
Kebaikan hati adalah ketika, sang sufi di masukkan kedalam surga, sang hakim di masukkan neraka, sang sufi mohon pada Allah swt agar sang hakim di masukkan surga,. Mengapa ? Karena dengan ketukan palu di sidanglah sang sufi jadi mujahid. Sungguh hikmah yang luar biasa. Kepuasan, kesabaran dan kebaikan hati sungguh berat kalau diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sungguh berat, tapi mulia di hadapan Ilahi. Semoga menjadi renungan !