Seorang perdana menteri menjadi seorang ayah, ia membawa bayi perempuannya kepada Sultan. Sang Sultan mendekap bayi tersebut di pangkuannya. Tiba-tiba pangkuan sultan tersebut basah. Ia menyerahkan sang bayi kembali ke ayahnya, dan berkata dengan nada menggoda, “lihatlah apa yang sudah dilakukan oleh putrimu! Sekarang saya harus berganti pakaian.”
Sang Sultan memaafkan bayi tersebut yang telah mengompol di pangkuannya, tetapi jika hal itu dilakukan oleh perdana menteri tersebut, maka Sang Sultan tentu saja akan memenggal kepala pria itu. Kita bagaikan bayi yang duduk di pangkuan Tuhan. Kapanpun kita membuat kesalahan, hal tersebut bagaikan membasahi pangkuan Tuhan, dan Tuhan terus menerus mengampuni kita. Namun, ketika kita telah dewasa, maka kita harus berjuang semampu kita untuk mencegah penyelewengan-penyelewengan tersebut.