Hoax adalah suatu informasi yang tidak benar, berita bohong dan tidak bersumber menjadi perbincangan hangat di media cetak, elektronik dan media online. Pemberitaan yang ada di media cetak dan elektronik kurang memiliki tingkat aktualitas yang tinggi namun dapat dipertanggung jawabkan. Kompas, Jawa Pos, Suara Merdeka, Tribun, Wawasan, Solo Pos adalah contoh media cetak yang sudah familiar di masyarakat dengan selingkung yang berbeda namun tetap menjaga norma pers karena sudah melewati proses pengecekan sedangkan media online hanya informasi dan tidak memiliki tingkat kredibilitas, tidak berdasarkan verifikasi fakta dan riset, selain informasi itu juga tidak bisa disaring oleh penyedia layanan, sehingga rentan dengan hoax.
Tidak dapat dipungkiri tahun 2016, 2017 menjadi tahun dimana berita bohong beredar sangat luas dan cepat bak meteor bahkan menjadi viral di media sosial. Berita hoax dianggap meresahkan masyarakat dengan informasi yang tidak bisa dipastikan kebenarannya. Hoax bukan hanya isu di Indonesia, namun sudah menjadi isu global dan penyelesainnya tentu dengan menggunakan strategi internasioanl. Pada tahun 2015 dunia digoncangkan berita hoax yaitu ancaman asteroid yang akan menghantam bumi. Penduduk di seluruh dunia resah hingga Manajer Objek NASA sendiri memberikan penjelasan, membantah rumor kerusakan besar di bumi. Sedangkan contoh lain hoax di Indonesia adalah gerakan Rush Money pasca demo 4 Nopember 2016 yang menuntut Gubernur DKI Jakarta. Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diadili aparat penegak hukum atas dugaan penistaan agama. Isu Rush Money sengaja disebar oleh oknum tertentu untuk mengajak masyarakat Indonesia menarik semua uangnya yang berada di di bank BUMN maupun swasta. Isu tersebebut di tepis oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani agar masyarakat tidak mudah terhasut oleh berita yang tidak benar. Ditahun 2017, 300 juta lebih pengguna Twitter di berbagai negara gaduh karena dikabarkan perusahaan akan menutup layanannya. Pengguna Twitter menyuarakan menyuarakan selamatkan twitter dan seelah dicek ternyata beritanya hoax
Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang sukses menjadi orang nomor satu ≠di negeri paman Sam dengan menggunakan jejaring sosial sebagai media kampanye pernah mengatakan “ Menjadi sulit untuk membedakan yang palsu dari fakta. Sudah banyak bukti bahwa butuh perjuangan untuk menghadapi ini. Media digital membuat lebih sulit untuk membedakan konten. Berita online lebih sulit untuk dibedakan “. Dampak penyebaran berita hoax yang profokatif mengakibatkan
Kebanyakan korban hoax adalah pengguna jejaring sosial. Penyebar menggiring opini kemudian membentuk persepsi terhadap suatu informasi. Orang yang menyebarkan hoax mempunyai kepuasan tersendiri karena ada motif mencari popularitas dan menikamti kesenangan dalam berbohong yang diciptakan dengan memanfaatkan teknologi.
Harjanto Halim, Pemilik Marimas Putra Kencana dalam acara Sosialisasi Lomba Penulisa Karya Ilmiah Populer dan Lomba Poster Anti Hoax di SMAN 5 mengatakan, untuk mengatasi hoax ada resep yang mesti kita pegang sebagai sensor menghadapinya yaitu dengan cara “ Apakah berita itu benar, apakah berita itu baik, apakah berita itu manfaat”.Ciri hoax Membuat kalimat dan menyebarkan tanpa catumtakan tanggal, Tidak menfokuskan pemikiran kita ketika berhadapan dengan informasi, tidak ada subervalid
Sebagai guru yang selalu benteraksi dengan ribuan peserta didik yang masih labih pemikiran dan emosinya perlu disadarkan agar tidak terkena virus hoax. Ketika mendapatkan berita usahakan jangan langsung disebarkan karena setiap hal yang bisa kita baca didunia maya adalah benar beritanya., teliti dahulu berita atau gambar yang kita terima dan alangkah lebih cerdas lagi bila seseorang mendapatkam iformasi dengan menanya kebenaran lebih lanjut
Polisi telah membongkar sindikat dalam grup Saracen di facebook yang mengunggah konten ujaran kebencian dan berbau suku, sara berdasarkan pesanan. Tujuan mereka menyebarkan konten tersebut semata-mata karena alasan ekonomi. Media tersebut memposting berita-berita yang tidak sesuai dengan kebenaran. Berita yang diunggah sesuai pesanan. Misalnya berisi pencemaran nama baik kepada pejabat publik, tokoh masyarakat. Hingga kini, Polisi masih mendalami siapa siapa saja yang memesan konten atau berita untuk diunggah di grup maupun situs Saracen.
Presiden Jokowi meminta polisi dapat mengusut tuntas orang-orang yang berada di balik Saracen, sindikat penebar ujaran kebencian dan hoax di media sosial karena bertabrakan dengan UU ITE dan dapat merusak kesatuan bangsa kalau dibiarkan. Presiden mengapresiasi langkah Siber Polri yang berhasil menagkap sindikat Saracen.
Indonesia tengah dihantui maraknya hoax. Perkembangan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) luar biasa cepat, melesat bak meteor. Begitu juga dengan perkembangan teknologi internet yang belakangan ini di ikuti oleh ledakan pertumbuhan media sosial dan penggunanya. Indonesia menempati peringkat ke lima di dunia untuk pengguna twetter, bahkan Jakarta sebagai kota metroplis dan paling maju di negara Indonesia di nobatkan sebagai “Ibukota Media Sosial Dunia”. Sungguh luar biasa, karena di Jakarta, manusia saling interaksi di dunia maya tanpa berhenti.
Teknologi internet sudah tidak bisa dibendung. Di sekolah, mall, pasar, jalan sudah menjadi pemandangan yang lumrah ketika seseorang mententeng HP keliaran terbaru dengan fasilitas komplet dan bisa digunakan untuk mengakses apa saja. Sedang yang tidak mempunyai HP yang super canggih, banyak anak-anak di warung internet. Mereka ada yang main game, Facebook, Twitter atau sekedar mengeejakan tugas dari sekolah atau kampus.
Dalam berselancar didunia maya, hoax menjadi permasalahan penting karena bisa merusak pertemanan didunia maya. Hoax adalah pemberitahuan palsu yang biasanya digunakan dalam forum internet seperti facebook, tweter, blog, dan yang paling sering adalah forum kaskus.. Pelaku akan berupaya untuk menipu atau mengakali pembaca, pendengar dan mencoba dengan segala cara untuk membuat dusta mereka dapat dipercaya dengan menghubungkan sumber resmi, padahal tidak ada sumber yang pasti. Pelaku meyakinkan pembaca untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu. Dalam dunia maya hoax menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi seseorang pengguna untuk membela sendiri atau kelompoknya, sehingga perdebatan di media sosial semakin tidak terbendung. Tuduhan-tuduhan yang tidak nalar menjadi bagian hoax yang merusak nama baik seseorang tanpa diketahui motif dan sumbernya, namun hoax kadang hanya dijadikan iseng dan lelucon yang dikirim kepada teman dekatnya tanpa niat untuk menyebarkan ke masyarakat, namun sebagian penerima tidak menyadari, sehingga berita tersebut tersebar lua
Waspada dan Jadilah Pengguna Media Sosial Yang Cerdas
Presiden Jokowi berpesan kepada masyarakat agar bisa menggunakan media sosial secara bijaksana karena dengan memanfaatkan media secara baik dan cerdas maka yang negatif akan tertutup.
Mensikapi kasus hoax, menurut penulis perlu kiranya di renungkan beberapa pendapat sebagai solusi. Pertama, pendapat dari Pujangga dari Solo yang bernama Ronggo Warsito yang ditulis dalam serat Kalatidha yang berbunyi “ Anemoni jaman edan, Yen ora ngedan ora keduman, Sak bejo-bejone wong kang edan, luwih bejo wong kang eling lan waspodo “. Waspada adalah kunci utama menghadapi hoax. Banyak saudara kita terpelajar kadag terbawa arus ikut menyebarkannya. Bagaimana dengan orang-orang yang tidak terpelajar tentu akan lebih ngeri lagi dalam hoax. Ketika membaca dan mendengar berita hoax perlu kewaspadaan untuk menyaring berita tersebut, apakah benar atau tidak. Kalau tidak waspada dan ketika menyerap berita yang salah kemudian disebarkan ke masyarakat maka akan membuat keresahan, hingga terjadi kecurigaan antar seseorang, Permasalahan ini kalau tidak diatasi akan menjadi api dalam sekam yang siap membakar,
Kedua, Dalam menggunakan media sosial tergantung siapa yang menggunakan, itulah ungkapan yang tepat untuk mensikapi kemajuan TIK. Kalau seseorang bisa menggunakan teknologi dengan baik, tentu akan bermanfaat bagi siapa saja yang menggunakan. Di dunia maya akan di temukan informasi apa saja yang kita minta. Ketika seorang khotib akan khutbah jum’at akan cepat menemukan materi yang up to date dan tinggal mengecek kembali lewat referensi yang benar. Seorang pelajar, mahasiswa ketika mendapatkan tugas membuat makalah dan tugas lain tinggal ambil contoh di internet, kemudian tinggal membandingkan, menambah, mengurangi dan menambah pustaka yang sudah di siapkan, yang terpenting tidak menjadi seorang plagiator, karena plagiat adalah pelecehan dunia intelektual. Seorang guru, dosen akan tambah wawasan keilmuannya jika terus membaca literatur di internet dan ketika mengajar ada selalu penyegaran dalam materi. Dalam proses pengajaran di sekolah atau perkuliahan perguruan tinggi yang berbasis teknologi akan memudahkan interaksi pembelajaran di antara mereka. Dengan TIK seorang bisa komunikasi lansung empat mata lewat camforg dan program lain antar daerah bahkan antar negara. Satu negara dengan negara lain seakan tidak dibatasi oleh apapun.
Sebaliknya, seorang yang tidak bisa menggunakan senjata itu dengan baik, akan membunuh karakter dengan hoax. Sering kita dengar pelajar, mahasiswa di tangkap polisi satpol pamong praja di warnet karena di gunakan untuk berbuat mesum. Ketika operasi HP di sekolah banyak pelajar menyimpan gambar dan film porno, seorang pacar balas dendam karena cintanya putus di tengah jalan dengan menguploud masa paacarannya yang kebablasan di internet. Sungguh mencengangkan ketika ada sebuah kasus anak SMP di operasi Hpnya di dapati ada film porno. Setelah di interogasi oleh guru dan Bimbingan Konseling ternyata video itu di dapatkan dari anak Sekolah Dasar. Itulah perkembangan dunia internet dan sosial media yang sudah melebihi batas kewajaran. Tepat Ungkapan The gun behind the right man untuk mensikapinya.Tugas dosen, guru, aparat, pemerintah adalah mengawal generasi muda di negeri ini agar bisa menggunakan TIK dengan baik, sehingga bermanfaat dalam hidupnya. Hilangkan hoax dan gunakan media teknologi informasi dengan aman dan beradab. Selamat merenungkan !