Suatu malam, kawanan kupu-kupu berkumpul, disiksa hasrat hendak menyatukan diri dengan lilin. Kata mereka, “Kita harus mengutus salah satu dari kita yang akan membawa keterangan pada kita tentang sasaran cinta yang hendak kita cari itu.”
Maka salah seekor diantaranya berangkat dan tiba di sebuah puri, dan di dalam puri itu ia melihat cahaya sebatang lilin. Ia pun kembali, dan sesuai dengan pengertian yang diperolehnya, ia menceritakan apa yang telah dilihatnya. Tetapi kupu-kupu arif yang mengetahui pertemuan itu menyatakan pendapatnya bahwa utusan itu tak mengerti apa-apa tentang lilin.
Maka kupu-kupu lainpun pergi ke sana pula. Ia menyentuh nyala lilin itu dengan ujung sayapnya, tetapi panaspun menghalaunya. Oleh karena laporannya tak lebih memuaskan dari laporan yang pertama, maka kupu-kupu yang ketigapun pergi pula. Yang seekor ini, karena dimabuk cinta, melontarkan diri ke dalam nyala lilin itu; dengan kaki depannya ia berpaut pada nyala lilin itu dan menyatukan dirinya dengan senang pada lilin itu. Dipeluknya lilin itu sepenuhnya,dan badannyapun menjadi semerah api.
Kupu-kupu arif, yangmengawasi dari jauh,melihat bahwa nyala lilin dan kupu-kupu utusan itu tampak satu, dan katanya,”ia telah dapat mengetahui apa yang ingin diketahuinya; tetapi hanya dia yang tahu, dan tak ada yang dapat menuturkannya”.