• Home
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Selasa, Oktober 28, 2025
  • Login
  • Register
Kawan Islam
Advertisement
  • Kiriman Pembaca
    • Kirim ke kawanislam
    • Berita
    • Kiriman Pembaca
    • Kolom Guru & Orang Tua
    • Forum Rohis
  • Kisah Inspiratif
    • Cerpen
    • Hikmah & Muhasabah
  • Konsultasi
    • Agama
    • Psikologi
  • Pengetahuan Islam
    • Akhlak
    • Hukum
    • Qur’an & Hadits
    • Sejarah dan Budaya
    • Islam dan Sains
    • Artikel
  • Pesantren Progresif Fathimah Al Amin
    • Profil Pesantren
  • Login
No Result
View All Result
  • Kiriman Pembaca
    • Kirim ke kawanislam
    • Berita
    • Kiriman Pembaca
    • Kolom Guru & Orang Tua
    • Forum Rohis
  • Kisah Inspiratif
    • Cerpen
    • Hikmah & Muhasabah
  • Konsultasi
    • Agama
    • Psikologi
  • Pengetahuan Islam
    • Akhlak
    • Hukum
    • Qur’an & Hadits
    • Sejarah dan Budaya
    • Islam dan Sains
    • Artikel
  • Pesantren Progresif Fathimah Al Amin
    • Profil Pesantren
  • Login
No Result
View All Result
Kawan Islam
No Result
View All Result

Mencintai Rakyat dan Bangsa

Nanang Qosim by Nanang Qosim
Juni 4, 2020
in Hikmah & Muhasabah, Kisah Inspiratif
Mencintai Rakyat dan Bangsa

Tulisan Lain(Dibaca Kawanmu)

Memetik Buah Hikmah dari Pohon di Badar

KESETIAAN CINTA ZAINAB DAN ABUL ‘ASH

Mimpi Hari Perhitungan

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0

Cinta adalah jiwa kehidupan. Cinta adalah perlindungan dan tanggung jawab. Cintalah yang membuat Umar Ibnu Khathab –khalifah setelah Abu Bakar– tidak tidur sebelum rakyatnya tidur dalam keadaan kenyang. Hampir tiap malam, ia menyamar dan berkeliling Kota Madinah tanpa pengawal untuk memastikan keadaan itu.

Pada suatu malam di pinggiran Kota Madinah, Umar mendapati seorang ibu yang sedang memasak batu. Sang ibu memasak batu untuk menghibur anak-anaknya yang kelaparan. Sebab, ia sudah tak punya lagi bahan makanan untuk dimasak. Dengan hati yang terluka dan bersalah, Umar pergi ke kantor perbendaharaan negara dan memanggul sekarung gandum di pundaknya dan memasaknya dengan tangannya untuk sang ibu. Ketika itu, Umar menangis karena ia merasa lalai menjalankan tanggung jawab sebagai pemimpin.

Cinta juga yang membuat Umar mematikan lampu bila ada anggota keluarga atau sahabat yang datang ke kantornya untuk membicarakan urusan pribadi dan bukan urusan kenegaraan/umat. Umar tidak mau menggunakan sekecil apa pun fasilitas negara untuk mempermudah urusan pribadinya. Cinta inilah yang membuat kondisi keuangan negara kuat sehingga ia mampu mendanai alusista bala tentaranya secara optimal dan terbukti dalam kepemimpinannya umat Islam mampu mengenalkan dirinnya ke hampir 2/3 belahan bumi.

Cintanya kepada rakyat dan negaranya membuat Umar bukan saja dikenal sebagai pemimpin yang adil, sederhana, dan bijak. Namun, Umar juga dikenal sebagai salah satu sosok yang disebut ’’singa pada siang hari dan sufi pada malam hari’’. Setiap malam, ia beribadah dengan sangat khidmat sampai berderai-derai air matanya. Sebagai khalifah, ia khawatir kalau-kalau kepemimpinannya membuat rakyatnya dan umat Islam menderita. Kecintaan Umar itu bahkan membuatnya berkata, ’’Cukup seorang Umar saja yang dimasukkan ke dalam neraka, jika itu harus menjadi tebusan atas dosa-dosa yang dilakukan rakyatku.” Siapakah pemimpin hari ini yang semulia Umar?

Cinta adalah pengorbanan dan teladan terbaik. Cinta semacam inilah yang membuat Fatimah, istri Umar bin Abdul Aziz –cucu dari putra Umar bin Khathab–, menyumbangkan semua perhiasannya kepada baitul mal atau kas negara dan mengikuti suaminya pindah dari istana khalifah ke sebuah gubuk di samping istana. Sebagai ibu negara, ia memilih hidup dalam kesahajaan dan menjadi contoh bagi rakyatnya daripada dipulangkan ke rumah orang tuanya meski hidup berecukupan. Dalam kepemimpinan Umar kedua ini, umat Islam hidup dalam atmosfer keadilan dan kesejahteraan sampai-sampai zakat yang dikumpulkan mereka sumbangkan ke negara tetangga karena rakyatnya tak ada yang mau menerima zakat.

Pada zaman yang terlampau jauh sebelum kehadiran dua pemimpin ini, kita mengenal seorang raja sekaligus nabi yang memiliki negeri yang makmur dan kerajaan yang megah di Yerusalem Purba. Dia adalah Daud. Sebagai pemimpin, Daud memiliki karakteristik khas yang tidak dimiliki pemimpin manapun yang pernah dilahirkan bumi. Daud membuat makanannya sendiri dan tak akan pernah memulai makan jika tidak ada orang lain yang menemaninya makan dari kalangan apa pun. Bahkan, Daud membuat baju besi/baju perangnya sendiri untuk mencontohkan bahwa pemimpin negara adalah manusia biasa yang tak harus dilayani sedemikian ’’merepotkan’’ layaknya seorang majikan oleh budaknya.

Saat kepemimpinan dilanjutkan Nabi Sulaiman, salah seorang putranya, negeri itu berada di puncak kejayaan karena sifat Sulaiman yang adil, bijaksana, dan ekonomis sejak masih muda belia. Kebijaksanaan dan rasa cinta yang begitu kuat untuk rakyatnya membuat negeri yang dipimpinnya termasyur pada masanya hingga kini karena keadilan, kemakmuran, dan kesalehan. Meski tidak seeksotis Yerusalem Purba pada zaman Daud, Indonesia adalah negeri yang dianugerahi kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan yang tak dimiliki negeri manapun di dunia. Kekayaan inilah yang seyogianya menjadi modal untuk para pemimpin mencukupi kehidupan seluruh rakyat. Dengan manajemen yang baik serta dengan cinta dan kejujuran, seluruh rakyat negeri ini dapat hidup sejahtera secara merata.

Cinta bukan sekadar bicara, melainkan tindakan nyata. Oleh karena itu, gaya-gaya lama pemimpin yang mengelabui rakyat dengan kata-kata manis tak berlaku lagi. Bangsa ini membutuhkan cinta ’’sejati’’ pemimpin bangsa yang dicontohkan dua Umar untuk umat Islam, Mahatma Gandhi untuk India, Muhammad Iqbal untuk Pakistan, Mahmoud Ahmadinejad untuk Iran, Muhammad Yunus untuk Bangladesh, hingga Putri Diana dan Madame Theressa untuk anak-anak di seluruh dunia. Mereka mengajarkan bahwa pemimpin memerlukan rasa cinta untuk membangun bangsanya agar menjadi bangsa yang besar dalam segala bidang, jiwa dan raga – intelektual dan spiritualitas. Pemimpin serupa merekalah yang dibutuhkan Indonesia saat ini dalam semua tingkatan, dari level negara hingga level keluarga.

Mari bersama berdoa semoga para pemimpin bangsa benar-benar mencintai rakyat dan bangsa ini sebagaimana mencintai diri sendiri. Semoga. Aamiin.

  • 0share
  • 0
  • 0
  • 0
Tags: cinta indonesiasejarah islam
Previous Post

Pionir Hukum Kekekalan Massa Oleh Ilmuwan Islam

Next Post

Persimpangan Peradaban (1600 M)

Nanang Qosim

Nanang Qosim

Penulis Lepas, Dosen UIN Walisongo Semarang, Guru PAI dan Budi Pekerti SMAN 15 Semarang, Pengurus DPD AGPAII Kota Semarang, Pengurus MGMP PAI SMA Kota Semarang, Pengurus ISNU Kab. Demak, Pengurus LTN NU Kota Semarang, Mantan Redaktur Jurnal EDUKASI UIN Semarang. Pengajar di PP. Darul Falah Be-Songo Semarang.

Related Posts

Memetik Buah Hikmah dari Pohon di Badar
Hikmah & Muhasabah

Memetik Buah Hikmah dari Pohon di Badar

Desember 12, 2023
KESETIAAN CINTA ZAINAB DAN ABUL ‘ASH
Hikmah & Muhasabah

KESETIAAN CINTA ZAINAB DAN ABUL ‘ASH

Desember 12, 2023
Mimpi Hari Perhitungan
Hikmah & Muhasabah

Mimpi Hari Perhitungan

November 2, 2022
Bahloel Tindak Haji
Cerpen

Kaji Bahloel

November 2, 2022
Bahloel Tindak Haji
Cerpen

Bahloel Tindak Haji

November 2, 2022
Please login to join discussion

Recommended

MEREFLEKSI LIBURAN SEKOLAH

Oktober 30, 2018

TUNA NETRA MENGINSPIRASI

Oktober 22, 2018

Don't miss it

Kiriman Pembaca

 ANAK ASET DUNIA AKHIRAT

Oktober 21, 2018
7 Level Setan
Kiriman Pembaca

7 Level Setan

Juni 16, 2024
Wahyu Pertama
Pengetahuan Islam

Wahyu Pertama

Oktober 26, 2022
Pengetahuan Islam

Tasamuh ke Sesama

Oktober 30, 2018
Majlis Mujahidin Indonesia
Pengetahuan Islam

Majlis Mujahidin Indonesia

Juni 4, 2020
Taubat dan Ketenangan Jiwa
Agama

Taubat dan Ketenangan Jiwa

Oktober 2, 2021

KawanIslam.com merupakan media remaja Islam Indonesia untuk..

Categories

  • Acara
  • Agama
  • Akhlak
  • Artikel
  • Berita
  • Cerpen
  • Forum Rohis
  • Hikmah & Muhasabah
  • Hukum
  • Islam dan Sains
  • Kirim ke kawanislam
  • Kiriman Pembaca
  • Kisah Inspiratif
  • Kolom Guru & Orang Tua
  • Konsultasi
  • Pengetahuan Islam
  • Psikologi
  • Qur'an & Hadits
  • Sejarah dan Budaya
  • Video
  • World

Browse by Tag

akhlak Amin Syukur cerpen demokrasi forum guru forum orang tua Haji hikmah hukum Indonesia Islam islam dan sains islam nusantara Kafir karakter anak kebahagiaan Kesabaran kesetaraan gender kisah sufi Literasi Man 2 Semarang maulid nabi Maulud Muhammad Nabi Ibrahim NKRI NU pendidikan karakter Rohis sains Sains islam Sejarah sejarah islam sirah Nabawi siroh solusi spiritualitas beragama sufi tafsir tafsir kontekstual Taqwa tasawuf tokoh sufi Toleransi Umrah

Recent News

Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al-Amin Menggelar Kegiatan Training Motivation Mengenai Inspirasi Hidup yang Berkah dan Bermanfaat

Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al-Amin Menggelar Kegiatan Training Motivation Mengenai Inspirasi Hidup yang Berkah dan Bermanfaat

Oktober 10, 2025
Proses Penyucian Najis Mughaladzah dalam Perspektif Ilmu Kimia

Proses Penyucian Najis Mughaladzah dalam Perspektif Ilmu Kimia

September 1, 2025

© 2018 KawanIslam - Web Developer KawanIslam.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Mau Ngejar Apa?

Mencintai Rakyat dan Bangsa

 
AL WAHAN
No Result
View All Result
  • Kiriman Pembaca
    • Kirim ke kawanislam
    • Berita
    • Kiriman Pembaca
    • Kolom Guru & Orang Tua
    • Forum Rohis
  • Kisah Inspiratif
    • Cerpen
    • Hikmah & Muhasabah
  • Konsultasi
    • Agama
    • Psikologi
  • Pengetahuan Islam
    • Akhlak
    • Hukum
    • Qur’an & Hadits
    • Sejarah dan Budaya
    • Islam dan Sains
    • Artikel
  • Pesantren Progresif Fathimah Al Amin
    • Profil Pesantren
  • Login

© 2018 KawanIslam - Web Developer KawanIslam.

Send this to a friend