Tunanetra telah menginspirasi kita akan manfaat mata dalam kehidupan. Mata adalah kenikmatan yang tiada terukur dari Allah swt. Dengan mata, kita bisa menikmati lukisan yang bagus, bunga yang semerbak harum, bahkan pemandangan yang menarik hati. Dengan mata kita kita bisa melihat segala-galanya tentang keindahan di bumi dan langit. Sudahkan kita menggunakan mata sebaik-baiknya atau sebaliknya digunakan untuk melihat yang dilarang oleh Allah swt. Rugilah kiranya jika kita memandang yang dilarang Allah swt karena pada prinsipnya mata adalah milik Allah swt dan tentunya harus digunakan untuk melihat sesuatu sesuai aturan yang memiliknya.
Allah swt menciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Satu diantara ciptaan Nya adalah menciptakan mata dengan segala keunikannya. Keajaiban mata adalah kemampuan dapat melihat keindahan dunia. Allah swt menciptakan mata dalam tujuh tingkatan dan setiap tingkatan memiliki sifat khusus. Seandainya salah satu tingkatan darinya hilang, manusia sulit untuk melihat yang mengakibatkan tuna netra.
Banyak cerita tentang perjuangan tuna netra yang tetap ingin berkarya, berguna dan bisa hidup di masyarakat dengan sewajarnya, walau keinginan itu masih sulit direalisasikan. Selama ini, tuna netra masih sering dianggap sebelah mata yang berakibat diremehkan. Stigma itu kalau tidak segera diatasi akan mengakibatkan tuna netra tersingkir dalam kerasnya kehidupan di dunia. Semestinya manusia berpikir dengan jernih, karena tidak semua ingin menjadi tuna netra, akan tetapi Allah swt lebih tahu dan menjadi rahasiaNya mengapa ada manusia ada yang tuna netra. Anugerah Allah swt kepada manusia yang di beri mata yang sehat semestinya menjadi pembelajaran, bahwa mata adalah milik Allah swt sebagai pencipta, dan semestinya digunakan sesuai dengan pemiliknya. Membaca dan melihat yang bermanfaat adalah wujud syukur bagi manusia yang telah diberi mata yang sehat, Dengan membaca dan melihat obyek yang baik akan bertambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Jangan gunakan mata untuk melihat hal-hal yang dilarang oleh Allah swt, misalnya gambar dan film porno, karena mata yang kita miliki nanti di akhirat akan dimintai pertanggung jawabab oleh Allah swt, semua yang di lihatnya di dunia, saat mulut di kunci. Allah swt telah memberikan warning kepada manusia dalam firmannya : “ Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati semua itu akan di mintai pertanggung jawaban. Sungguh, kelak di hari pembalasan, anggota tubuh kita akan menjadi saksi atas segala perbuatan kita sewaktu di dunia. Alangkah indahnya jika anggota tubuh kita memberi kesaksian amal-amal shaleh yang kita lakukan di dunia. Kita akan bangga karena bisa mempertanggungjawabkan dengan baik amanah yang yang telah di berikan berupa mata yang sehat.
Perdayakan Tunanetra, Jangan Jadikan Sampah
Orang yang Tunanetra masih di anggap sebelah mata oleh masyarakat karena seorang tunanetra kurang bisa mengurus dirinya sendiri dalam kehidupan. Hanya sedikit sekali perusahaan menerima karyawan yang tunanetra dengan anggapan kurang maksimal dalam bekerja sehingga seolah-olah menjadi beban masyarakat. Permasalahan ini kalau tidak segera ditangani akan menjadi problem tersendiri di masyarakat. Mereka juga warga Indonesia yang berhak menerima hak-hak di masyarakat dan kedudukannya sama dengan yang tidak tunanetra.
Pengalaman penulis ketika di undang dalam sebuah acara komunitas tuna netra seluruh Jawa Tengah di Islamic Center, hanya bisa mengucapkan Maha Suci dan Maha Besar Allah swt. Tuna netra yang diundang ternyata berasal dari luar kota semarang dan mereka tidak ada satupun yang tersesat ketika berkumpul di Semarang, sedangkan mereka tidak pernah tahu lokasi yang dituju. Tentu dengan berbekal keyakinan dan petunjuk Allah swt sampailah di tujuan dengan selamat. Dalam sebuah sesi tanya jawab dengan mereka, satu problem yang dirasakan adalah mereka ingin sekali membaca al-Qur’an akan tetapi masih terbatas jumlahnya. Percetakan al-Qur’an Brahille hanya di Jakarta dan Bandung, hargapun melangit. Permasalahan ini sangat antagonis bagi manusia yang diberi mata yang utuh dan sehat akan tetapi enggan membaca al-Quran yang harganya lebih murah dari pada al-Qur’an Brahille. Untuk al-Qur’an Brahille bisa mencapi Rp. 1.800,000,- sedangkan al-Qur’an yang tidak berhuruf brahille bisa di beli dengan harga Rp. 50.000,00. Mari bersama-sama kita berdayakan mereka agar sama di hadapan manusia dalam segi apapun. Bukankah Allah swt tidak melihat badan dan suara manusia akan tetapi takwa yang akan nilai dihadapanNya. Semoga nenjadi renungan.