Tanya
Prof. Amin, setiap saya ingin mendekatkan diri kepada Allah dan bertaubat, perasaan ketakutan dan was-was serta dosa selalu muncul. Bagaimana caranya menghilangkan rasa was-was, rasa takut, dan rasa bedosa ini. Kenapa hati saya ini masih belum bisa tenang, padahal saya sudah melaksanakan shalat tahajud dan disertai dzikir?
Jawab
Disadari bahwa setiap manusia pernah melakukan kesalahan ataupun dosa, namun sebesar apapun dosa itu (selain menyekutukan Allah), masih dapat diperbaiki selama manusia tersebut mau bertaubat sebagaimana janji Allah dalam surah al-Maidah ayat 39, “Barangsiapa bertaubat setelah melakukan kejahatan atau dosa serta memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya”.
Keinginan anda untuk bertaubat serta mendekatkan diri kepada Allah merupakan sikap yang tepat, karena hanya dengan bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah akan membawa kepada ketentraman batin (kebahagiaan) sebagaimana firman Allah dalam surah al-Nur ayat 31, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman supaya kamu bebahagia”.
Saya yakin anda akan sembuh dari rasa was-was bila melakukan taubat secara benar dan tulus atau dalam istilah agama dikenal dengan taubataan nasuha, yaitu taubat yang penuh kesadaran dan penghayatan dengan cara-cara tertentu, sebagaimana diperintahkan Allah dalam surah at-Tahrim ayat 8, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang setulus-tulusnya (semurni-murninya)”..
Dalam ajaran Islam taubat demikian itu memiliki empat komponen yang harus dipenuhi, yaitu:
- Menyesali kesalahan yang telah dilakukan. Komponen ini sebagai unsur utama dari taubat itu sendiri. Bahkan Rasulullah saw mengemukakan bahwa “Penyesalan itulah taubat” (HR. Ibnu Majah)
- Berketetapan hati untuk tidak mengulangi kesalahan serupa dengan cara memisahkan diri (menjauhkan diri) dari areal atau orang-orang yang berbuat dosa, karena hal itu hanya akan mendorong kita kepada upaya pengingkaran serta menanamkan keragu-raguan pada tujuan awal taubat kita.
- Memperbaiki kesalahan dengan cara menebarkan kebajikan di muka bumi seperti menebarkan kedamaian, membantu yang lemah serta membela mereka yang teraniaya dan perbuatan baik lainnya.
- Mencari ridha Allah kepada sesama atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Bila menyangkut materi, maka harus dikembalikan kepadanya atau mencari ridhanya. Jika berupa kehormatan dan harga diri, maka harus meminta maaf kepadanya. Apabila sudah mati atau sulit ditemui, maka memohonkan ampunan dari Allah atas dosa-dosanya, dan setelah itu anda meyakini telah diampuni.
Berdasarkan poin-poin ajaran di atas, persoalan anda yaitu cara menghilangkan rasa was-was dan rasa berdosa dapat dilakukan dengan taubat yang benar, dan yakin Allah telah mengampuni. Orang yang berbuat dosa ibarat kepanasan dan kepayahan karena berada di tengah gurun sahara, dan taubat bagaikan tim rescue yang menolong lalu membawa anda kepada kesejukan hotel berbintang. Tentu sangat aneh, jika anda sudah berada di tempat yang sejuk tapi hati dan pikiran tetap merasakan kepanasan.
Untuk menghindari kondisi seperti itu, setelah bertaubat anda harus benar-benar menyesal atas dosa yang telah dilakukan dengan cara meminta ampun kepada Allah serta meminta maaf kepada orang yang menjadi korban atau dampak dari dosa anda. Tanpa meminta maaf kepada orang yang menjadi korban, maka selama itu pula anda akan dibayang-bayangi rasa berdosa dan bersalah dan ini berdampak pada sakit rohani serta berakibat pada sakit jasmani (psikosomatik).
Alasan ini pulalah yang mungkin menimbulkan hati anda belum merasa tenang, padahal telah melakukan shalat tahajud dan dzikir kepada Allah. Dzikir kepada Allah yang mampu menentramkan jiwa hanya bisa dilakukan oleh mereka yang telah bersih jiwanya dari rasa bersalah dan dosa baik kepada Allah maupun kepada sesama makhluk-Nya.