Gerakan Sagusabu yang diinisiasi Media Guru bekerjasama dengan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud perlu didukung semua pihak agar guru lebih berkualitas kedepannya. Pelatihan sudah dilaksanakan bagi 160 guru seJawa Tengah dan Jawa Barat di Wisma PGRI Jl. Sriwijaya Semarang Sabtu 27 Januari 2018, dan pelatihan akan terus dilakukan secara massif dengan target, guru, pengawas, kepala sekolah.
Gerakan menulis bagi guru secara nasional “ Satu Guru Satu Buku (Sagu sabu) menjadi tantangan bagi para guru yang idealis untuk semakin mendorong dalam pembudayaan literasi di sekolah dan kreatif dalam membuat sebuah karya. Tugas guru tidak hanya mendidik namun tugasnya sangat banyak dan komperehensif menjadi tantangan untuk berkarya karena tidak semua guru pragmatis dalam mengajar, masih banyak guru yang mempunyai jiwa idealis untuk berkarya. Guru inilah yang luarbiasa. Guru yang idealis yang super sibuk, mengorbankan jiwa dan raga untuk peserta didik akan selalu mempersiapkan perangkat pembelajaran, membaca dengan tekun baik buku pegangan yang ada kaitannya dengan materi, down loud materi di internet, membaca di perpustakaan, studi lanjut pasca sarjana, bahkan mengikuti pelatihan tingkat mahir. Semua itu membutuhkan waktu lama dan tidak sedikit biayanya. Jadi menjadi guru bukan pekerjaan yang mudah, dan pekerjaan itu nantinya juga akan dipertanggung jawabkan dihadapkan pada negara juga kepada Allah swt, namun masih sempat mencurahkan pikiran, tenaga yang sudah habis untuk berkarya.
Guru, tidak hanya mengajar, guru juga punya tugas untuk membimbing dan mengawal peserta didik sampai pendidikan yang lebih tinggi, dan tugas ini yang paling berat karena harus mengawal setiap hari, apalagi seorang guru menjadi wali kelas yang manjadi orangtua kedua yang berada di sekolah yang tentu tahu sifat dan karakter didik anaknya di kelas, dituntut peduli juga menambah beban berat ketika akan membuat sebuah karya buku.
Semangat Dalam Menulis dan Menjadi Virus Positif
Minimnya jumlah buku yang ditulis guru di Indonesia diharapkaan dengan “ Satu Guru Satu Buku (Sagu sabu) bisa terealisir dengan karya nyata menulis satu buku, dan diharapkan menjadi virus positif bagi guru lain di seluruh Indonesia, sehingga guru bisa berlomba-lomba untuk membuat sebuah karya. Pengalaman penulis, ketika akan membuat karya buku, membutuhkan proses yang lama dan tidak instant dan yang perlu dimunculkan adalah semangat yang membara dan rajin membaca banyak buku. Dengan beberapa referensi buku yang telah dibaca maka akan dijadikan landasan, isi dalam menulis. Dalam membuat sebuah karya buku, diperlukan juga minat yang tinggi agar terealisir dalam berkarya. Materi yang akan ditulis sesuai minat penulis maka akan memudahkan dalam bepikir.
Niat yang kuat juga diperlukan untuk berkarya menulis buku karena dalam proses menulis bersamaan dengan tugas mengajar di sekolah. Rasa malas sering menghantui karena bersamaan dengan tugas guru yang melekat dan sulit untuk mencari waktu luang dengan berkonsentrasi membuat sebuah karya buku. Menjadi luarbisa bila guru disela-sela kesibukannya dalam kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00 dan pulang 14.30, bukti masuk dan pulang semua terekam dalam mesin finger yang hasilnya akan diberikan guru yang bersangkutan. Selain mengajar dikelas, guru juga memberikan bimbingan diluar jam mengajar, membuat administrasi guru, membimbing mahasiswa mahasiswa bila ada praktek pengalaman lapangan (PPL) dari Fakultas Keguruan, mengajar ektra kurikuler dan masih banyak kegiatan yang diadakan di sekolah dan luar sekolah. Kegiatan tersebut cukup menguras pikiran dan tenaga serta waktu yang banyak, bahkan ketika pulang dari sekolahpun kadang melebihi jam pulang sekolah, sehingga kepentingan keluarga dan masyarakat pada jam kerja tidak terpikirkan. Coba hitung berapa jam dalam tugas membimbing, disaat bersamaan dengan proses mengarang buku.
Semoga Gerakan Sagusabu akan menjadi virus yang baik bagi guru-guru di seluruh Indonesia, sehingga semakin banyak karya buku karya dari guru semakin cerdas. Semoga sukses