قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imron :26)
Pada 1600 M, Orang-orang Eropa telah menjadi pelaut-pelaut jagoan, terorganisasi sebagai negara-negara yang kompak, kantong-kantong mereka penuh berjejalan dengan emas yang dieksploitasi dari benua Amerika, dan mereka secara ekonomis diberdayakan oleh pengusaha proto kapitalis yang bersenjatakan etos baru individualisme, Akhirnya mereka mulai mendatangi Timur (Islam) diawali dari jalur laut, berperan sebagai pedagang. Vasco da Gamma dari Portugis, pada tahun 1498 tiba di Calicut pantai barat India. lalu orang2 Eropa lainnya mulai berbondong-bondong mengikuti rute perdagangan tersebut.
Sementara itu yang terjadi pada Peradaban Muslim pasca 1600 M :
Dinasti Moghul
Dua abad pertama berkuasa Moghul dipimpin oleh enam kaisar yang brilian, para genius dalam sejarah dunia. 50 tahun selanjutnya Moghul dipimpin oleh delapan raja-raja yang tidak becus memimpin kerajaan besar. Pada masa kekuasaan raja-raja ‘cebol’ ini, Hindu dan Sikh yang mengalami diskriminasi sejak masa Aurangzeb (anak Syah Jahan) melakukan pemberontakan. Sepanjang perpecahan tersebut, orang-orang Portugis, Belanda, Perancis, dan Inggris mulai mendirikan benteng-benteng perdagangan di sepanjang pantai India.
Perusahaan Dagang East India Company milik Inggris, Belanda, dan Perancis memborong bahan-bahan baku sehingga menghancurkan industri kerajinan di Bengal, ketika ekonomi pribumi mulai bangkrut, mereka semakin tergantung kepada Inggris dan akhirnya tunduk kepadanya. Seiring dengan runtuhnya dinasti Moghul, orang-orang Eropa yang didominasi Inggris dan Perancis mulai menancapkan kekuasaanya di India. Pada tahun 1763 Setelah Perancis kalah dan meninggalkan India, Inggris melalui East India Company muncul sebagai puncak kekuasaan di India dan penerus sejati dari Moghul.
Dinasti Syafawi
Setelah melalui zaman keemasan, pada tahun 1600-1800 M Persia mulai mengalami pembusukan dinasti, dimana para pangeran yang dibesarkan dalam kemewahan yang berlimpah mulai naik tahta tanpa semangat dan malas. Setiap kali seorang raja wafat, meletuslah perebutan kekuasaan diantara mereka.
Dinasti Syi’ah ini juga mengalami konfik internal antara para raja Syafawi dan para Ulama Syi’ah, yang memiliki basis massa yang kuat di kalangan rakyat. Untuk mengukuhkan otoritasnya terhadap para ulama, raja memperkuat tentara yang dipersenjatai dan dilatih oleh para ahli militer Eropa. Menjelang akhir abad 18, perebutan kekuasaan semakin ganas, faksi-faksi yang bertikai mulai merekrut lebih banyak konsultan militer Eropa dan mengimpor lebih banyak senjata, di akhir kekacauan hancurlah dinasti Syafawi dan muncul dinasti Qajar yang memerintah wilayah yang kita kenal sebagai Iran saat ini.
Di bawah raja-raja Qajar, Tentara nasional dipenuhi dengan penasihat dan pejabat dari Eropa. Raja-raja yang memimpin adalah para pemalas dan tamak, orang-orang Eropa menjadikan para pemimpin picik dan lemah ini sebagai boneka-boneka yang bisa dipermainkan. Eropa tidak pernah menjajah Persia, mereka hanya datang untuk membeli, menjual, bekerja dan membantu, tetapi mereka ada disana ketika segalanya runtuh. Seperti halnya virus, ketika pertahanan tubuh lemah, orang-orang Eropa mengalir ke setiap celah yang terbuka di dalam masyarakat yang terburai itu, tumbuh semakin kuat ketika retakan mulai melebar, akhirnya mereka yang memegang komando.
Turki Utsmani
Kekaisaran Utsmani dibangun atas ekspansi permanen, perang yang konstan di wilayah perbatasan mampu memperluas wilayah Utsmani hingga menjadi negara dengan wilayah yang sangat luas meliputi Eropa, Asia, dan Afrika. Pada abad 16, di saat ekspansi mulai berhenti yang ditandai dengan 2 kali kegagalan merebut Wina Austria, pemerintah Turki mulai menghadapi tekanan ke dalam. Sumber pendapatan menjadi berkurang, Orang-orang di desa tidak bisa lagi bekerja sebagai tentara, mereka lalu mencari nafkah ke kota-kota dan sebagian lainnya menjadi pengangguran. Peningkatan kekuatan militer juga semakin membebani keuangan dinasti tersebut.
Pedagang Eropa dengan emas yang berlimpah, mulai masuk ke Turki dan memborong bahan baku seperti wol, daging, kulit, kayu, minyak, logam, dll dengan harga tinggi. Hal ini menyebabkan produksi dalam negeri perlahan-lahan anjlok. Upaya pemerintah Turki untuk melarang ekspor bahan baku, justru mengakibatkan maraknya perdagangan di pasar gelap. Untuk menjamin keamanan pasar-pasar tersebut, mereka mulai menyuap para pejabat sehingga korupsi mulai merajalela. Muncul di masyarakat Turki kelas Orang Kaya Baru yaitu para pengusaha pasar gelap dan para birokrat pemakan suap. OKB-OKB ini mulai membelanjakan hartanya untuk barang-barang mewah dari Eropa, dan akhirnya emas-emas itu kembali lagi ke Eropa.
Dalam menghadapi inflasi dan korupsi serta untuk meningkatkan efisiensi akhirnya pejabat Turki memutuskan untuk menyewa para penasihat, konsultan dan ahli teknis dari Eropa Barat. Istana Utsmani menjadi lembaga yang tidak produktif, menyerupai raksasa cacat yang dipikul di punggung seluruh masyarakat. Pola hidup keluarga Sultan di harem Istana Seraglio semakin sulit menghasilkan pemimpin sekelas Muhammad Al Fatih atau Suleiman yang agung, sebaliknya muncullah garis panjang sultan yang lemah, konyol, dan eksentrik. Kondisi ini menyebabkan kekuasaan Utsmani pasca Sulaiman berada di bawah kendali para Wazir Agung.
Seiring runtuhnya Utsmani, provinsi-provinsinya seperti Mesopotamia, Suriah, Mesir, Afrika Utara mulai menjadi rebutan Inggris dan Perancis. Ketika Muhammad Ali, seorang Turki yang lahir di Albania mendeklarasikan diri sebagai penguasa Mesir dan mengklaim Suriah, maka Turki Utsmani meminta bantuan Inggris untuk menghadapinya, Inggris menyatakan kesediaannya dengan syarat Utsmani bersedia menandatangani perjanjian yang memberi orang Eropa hak istimewa tertentu di atas wilayah Turki.
Pada masa ini Aljazair juga direbut dan menjadi salah satu provinsi dari Perancis (1830), dan Inggris menduduki Aden sembilan tahun kemudian. Tunisia diduduki pada 1881, Mesir pada 1882, Sudan pada 1889, Libia dan Maroko pada 1912. Pasca kekalahan Turki yang memihak Jerman di Perang Dunia I, Inggris dan Perancis segera mendirikan protektorat dan mandat di Suriah, Lebanon, Palestina, Irak dan Trans Yordan. Sementara itu kaum muslim di Balkan, Rusia dan Asia Tengah menjadi taklukan Uni Soviet.
Pada penghujung abad 19, orang Eropa mengontrol setiap bagian dunia yang dulu menyebut dirinya Darul Islam. Mereka tinggal di negara-negara ini sebagai kelas atas, mereka memerintah secara langsung atau memutuskan siapa yang akan memerintah, menguasai sumber daya, mendikte kebijakan, membatasi kehidupan sehari-hari masyarakat pribumi. Orang Eropa telah mencapai dominasi besar ini tanpa perang atau penyerangan berskala besar. Orang Eropa ini bahkan mungkin tidak menyadari bahwa dulunya telah terjadi suatu pertempuran (perang salib) dan bahwa mereka saat ini telah menang…
Referensi:
- Tamim Ansary, 2009, Dari Puncak Baghdad Sejarah Dunia Versi Islam, Penerbit Zaman, Jakarta
- Karen Armstrong, 2001, Sejarah Islam, Penerbit Mizan, Bandung
- Qasim A.I dan Muhammad A.S, 2014, Sejarah Islam, Penerbit Zaman, Jakarta