Rombongan kaum muslimin memasuki kota Makkah dari arah utara. Nabi saw mengendarai unta al-Qashwa yang dituntun oleh Abdullah bin Rawahah, salah seorang terkemuka dari sahabat Nabi. Mengetahui bahwa rombongan diamat-amati oleh kaum musyrik dari bukit Qu’aiqu’an yang mengarah ke Ka’bah antara Hajar Aswad dan Rukun Yamani, Nabi berpesan kepada seluruh jamaah yang laki-laki:”Allah merahmati siapa yang menampakkan ketegaran dan kekuatan kepada mereka pada hari ini”. Kumandang takbir dan tahlil dari ribuan kaum muslimin bergemuruh di sekitar Ka’bah membuat takjub dan kecut hati orang-orang Quraisy yang menyaksikannya dari atas bukit.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Ketika itu Rasul saw melilitkan bagian atas kain ihramnya melalui ketiak sehingga bahu kanan tertutup kain dan bahu kiri terbuka. Mereka sambil berlari-lari ketika tiba di lokasi Hajar Aswad hingga ke rukun Yamani, sedang dari Rukun Yamani sampai ke Hajar Aswad berjalan biasa. Kaum muslimin berlari di areal di mana kaum musyrik dapat melihat mereka dan berjalan ketika pandangan kaum musyrik terhalangi. Beliau sengaja melakukan itu dalam rangka show of force, untuk menampakkan bahwa kaum muslimin tegar dan tetap kuat bersemangat. Apa yang dilakukan Nabi saw tetap dilestarikan hingga kini ketika melakukan thawaf dan sa’i.
Setelah thawaf Rasul dan rombongan melanjutkan sa’i antara bukit Shafa dan Marwah dengan tujuh putaran. Beliau sa’i dengan berjalan kaki biasa, kemudian lari-lari ketika pandangan kaum musyrik dapat menjangkau rombongan. Selanjutnya beliau menyembelih hadyu di dekat Marwah. Kemudian beliau mencukur rambutnya (tahallul). Dengan demikian ibadah umrah telah selesai ditunaikan.
Rangkaian Ibadah Umrah
- Berihram dari Miqat
Rasulullah saw melakukan ibadah umrah empat kali seumur hidupnya. Tiga kali dilaksanakan pada bulan Dzulqa’dah, yaitu pada saat perjanjian Hudaybiyah, Umrah al-Qadha’, dan setelah pembagian ghanimah perang Hunain di Ji’ranah. Satu kali lagi ketika beliau menunaikan umrah dalam rangkaian haji Wada’ di bulan Dzulhijjah 10 H.
Miqat untuk ihram bagi jamaah umrah yang bermukim di Makkah adalah keluar dari batas tanah Haram. Ada tiga tempat miqat yang bisa dipilih sebagai miqat, pertama di Tan’im, yaitu miqat umrahnya Aisyah ra. pada saat Haji Wada’. Kedua di Ji’ranah, miqat umrah Nabi saw ketika pulang dari ekspedisi Thaif, pada Dzulqa’dah 8 H. Saat itu beliau thawaf dan sa’i di malam hari kemudian kembali ke Madinah. Ketiga di Hudaybiyah, perbatasan luar Makkah dimana Nabi dulu pernah tertahan dari Umrah pada Dzulqa’dah 6 H.
Sepanjang perjalanan dari miqat menuju ke Masjidil Haram agar memperbanyak kalimat talbiyah, shalawat dan doa. Ketika akan memulai thawaf bacaan Talbiyah dihentikan. Pada saat memasuki Masjidil Haram hendaknya masuk dari pintu Bani Syaibah sambil membaca: Bismillah, wa billah, wa minallah, wa ilallah. Apabila lewat Babus Salam maka berdoa: Allahumma Anta as-Salam.
- Thawaf
Berjalan dengan tenang menuju Ka’bah, setelah dekat dengan Ka’bah membaca shalawat untuk Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim sambil melangkah menuju Hajar Aswad untuk beristilam. Pada setiap awal putaran berdiri menghadapkan wajah ke arah Hajar Aswad sambil melambaikan tangan kanan dan mengucapkan:
بِسْمِ اللهِ، وَاللهُ أَكْبَر
Serta mengecup tangan kanan lalu mulailah bergerak dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri sambil berdoa:
اللَّهُمَّ إِيْمَانًا بِكَ
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ اللهُ أَكْبَرُ
Setiap lewat Rukun Yamani melakukan istilam tapi tanpa mengecup tangan kanan, dan dari Rukun Yamani hingga Hajar Aswad membaca doa:
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Setelah selesai melaksanakan thawaf sebanyak tujuh putaran lalu berjalan menuju Multazam. Berdiri searah dengannya lalu memanjatkan pujian kepada Allah sebanyak-banyaknya, menyampaikan shalawat kepada Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Serta mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.
يا رَبِّ البيت العتيق إعتق رِقاَبَنَا وَرِقَابَ آبائِنَا وَأُمّهَاتِنَا وَإِخْوَانِنَا وَأَوْلَادِنَا وَجَمْيعِ الْمُسْلِمَيْنَ مِن النَّارِ
”Ya Allah yang memelihara Al Bait al Atieq (Ka’bah) merdekakanlah kami, bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, saudara-saudara kami dan anak-anak kami dari belenggu api neraka ”
Kemudian melaksanakan shalat sunah thawaf di Maqam Ibrahim atau tempat yang searah dengannya. Ketika hendak shalat melepas idhtiba’, bahu kanan dan kiri tertutup kain ihram. Nabi saw bersabda: “Siapa saja yang mengerjakan thawaf di Baitullah sebanyak tujuh kali dan melaksanakan shalat dua rakaat, maka ia akan mendapatkan pahala seperti memerdekakan seorang hamba sahaya”. (HR. Tirmidzi)
Selesai shalat sunah kemudian menyampaikan permohon kepada Allah karena maqam Ibrahim adalah tempat yang mustajabah untuk berdoa. Memohon agar kita dan anak turun bisa istiqamah dalam menunaikan shalat serta memohon agar anak-anak kita bisa berziarah ke Haramain. Seperti doanya Nabi Ibrahim:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim, ayat 40).
Setelah itu menuju tempat air zam-zam yang penuh berkah, sebelum minum berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَسَقَامٍ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Ya Allah aku mohon kepada-Mu ilmu pengetahuan yang bermanfaat, rezeki yang luas dan sembuh dari segala penyakit.
- Sa’i
Setelah selesai dari melakukan rangkaian thawaf, selanjutnya melakukan sa’i di antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali putaran. Setiap kali akan mendaki bukit dianjurkan membaca al-Qur’an surah al Baqarah ayat 158. Ketika akan memulai sa’i berniat:
أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ وَرَسُولِهِ
Dianjurkan untuk naik ke Shafa di posisi yang dapat melihat bangunan Ka’bah untuk bertakbir, tahlil, dan berdoa sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Pada permulaan sa’i kita membaca doa:
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
Dan katakanlah: “Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik”. (al Mu’minun : 118)
Selanjutnya dari bukit Shafa berjalan menuju bukit Marwah, menaikinya dan menghadap kembali ke arah bukit Shafa. Dalam hal ini, rangkaian sa’i dihitung satu kali. Jika kembali ke bukit Shafa maka rangkaian sa’i dihitung yang kedua kali. Begitu seterusnya sampai tujuh kali. Ketika melewati bathn al wady (ditandai lampu berwarna hijau) maka disunahkan untuk berjalan cepat atau berlari-lari kecil (raml) bagi laki-laki.
Dianjurkan bagi orang yang sa’i dalam setiap putaran memperbanyak mengingat Allah (berdzikir), do’a, tasbih, tahmid, takbir dan istighfar dan membaca al Qur’an. Nabi Saw bersabda : “Sesungguhnya dijadikannya thawaf di sekeliling Baitullah, sa’i di antara Shafa dan Marwah, dan melontar jumrah adalah untuk mengingat Allah” [HR Ahmad dan Abu Dawud]. Setelah semua rangkaian ibadah sa’i selesai ditutup dengan berdoa:
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. al Baqarah : 127)
- Tahallul
Setelah selesainya bersa’i maka tahallul dapat dilakukan, yakni bercukur atau menggunting rambut. Memotong rambut adalah lambang dari gugurnya dosa-dosa, dan hilangnya kegelapan dalam jiwa, karena itu bagi pria akan sangat baik bila ia mencukur semua rambut kepalanya sehingga gundul, tetapi jika enggan maka cukup dengan memendekkannya.
Ketika memotong rambut di atas bukit Marwah sambil memanjatkan doa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِكُلِّ شَعْرٍ نْورًا يَوْمَ القِيَامَةِ
Ya Allah, jadikanlah setiap helai rambut yang tergunting menjadi cahaya di hari kiamat.
Setelah selesai bercukur atau sedikitnya memotong tiga helai rambut maka jamaah umrah menghadirkan rasa syukur kepada Allah SWT seraya menutup dengan doa:
الحَمْدُ للهِ الَّذِي قضَى عَنَّا مَنَاسِكَنَا اللَّهُمَّ إِيمَاًنا وَيَقِينًا وَعَوْنًا وَاغْفِرْلنَا وَلِوَالِدَيْنَا ولِسَائِرِ المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ
Segala puji bagi Allah yang telah menyelesaikan manasik kami. Ya Allah, tambahkanlah kepada kami iman, keyakinan dan pertolongan serta ampunilah kami, kedua orangtua kami dan seluruh kaum muslimin dan muslimat.
Ibadah umrah banyak sekali hikmahnya baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Jamaah haji yang berkesempatan tinggal cukup lama di Makkah bisa memanfaatkan waktunya untuk menunaikan ibadah ini. Tentunya dengan tetap menjaga keikhlasan serta tidak memaksankan diri untuk berumrah sebanyak-banyaknya. Salah satu keutamaan umrah adalah dalam rangka bertaubat kepada Allah, sebagaimana sabda Rasulullah:
الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا ، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)