Menurut Ratih Ibrahim psikolog Indonesia mengatakan, lagu anak-anak Indonesia kehilangan identitas dikarenakan minimnya kesadaran orangtua. Ratih juga mengatakan, perkembangan` teknologi mengubah anak-anak di Indonesia lebih mengkonsumsi lagu yang bukan pada umumnya. Lagu anak jaman dulu, memang sangat sulit jika diperkenalkan ke anak milienials zaman sekarang, bahkan bisa disebut kurang kekinian. Ratih juga menambahkan, anak-anak tetaplah anak-anak yang membutuhkan sebuah hal yang layak pada umurnya, untuk mempengaruhi tumbuh kembang kedepannya. Mereka membutuhkan setiap perkembangannya butuh dipaparkan atau stimulasi dengan materi yang cocok dengan umurnya.
memperihatinkan dan membuat sedih orang tua jika anak-anak lebih lancar menghafal dan menyanyikan lagu dewasa dibandingkan lagu anak-anak. Secara psikologis lagu ditahun 2013 sampai 2017, lagu anak-anak jarang muncul di layar kaca. Lagu dewasalah yang sukses diterima pangsa pasar. Lagu dari Noah, Wali, Geisya, Raisha sangat familier dan cepat dihafalkan dan di tembangkan oleh anak-anak Indonesia. Kita merindukan lagu Obok-Obok airnya Jhosua, libur telah tiba yang di nyanyikan Tasya dan lagu anak yang lain yang menarik. Sungguh lagu dewasa akan mempengaruhi jiwa anak yang besangkutan yang mengakibatkan anak-anak berimajinasi sesuai lagu yang di nyanyikan. Efek lagu ini mengakibatkan anak tumbuh dengan instan bukan tumbuh sewajarnya. Memang karakter anak sangat di pengaruhi dari apa yang sering dilihat, alami dan dengar. Lewat beberapa media tv, hp, radio, vcd, dvd lagu dewasa dengan mudah didapatkan tanpa ada pengawasan yang ketat dari orang tua yang mengakibatkan anak bebas memilih lagu dewasa yang disukai.
Sebenarnya lagu-lagu anak-anak yang dinyanyikan sesuai umurnya dapat memberikan dampak khusus bagi emosi agar lebih rilek, menghilangkan letih, lebih cepat tidur, lebih tenang dan cepat tidur. Penulis merasakan sangat membekas di dalam hati diajarkan lagu-lagu anak sesuai umur dan terkenang sampai detik ini lagu tersebut masih dihafal penulis. Lagu-lagu tersebut mempunyai nilai pendidikan yang bagus. Lagu-lagu anak-anak sangat antagonis dengan lagu dewasa yang bertemakan cinta, rindu, benci .
Alihkan Perhatian Anak-anak dari Gawai dengan Musik
Gawai alias gadget sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan generasi milenial saat ini. Tidak hanya kepada milenial remaja dewasa. Bahkan gawai juga telah menjadi bagian keseharian anak-anak usia pra sekolah. Dalam keseharian ternyata ada orangtua yang sudah mengenalkan gawai kepada anak-anaknya yang belum masuk usia sekolah. Fenomena tersebut dapat kita temui di langsung di keluarga bahkan di tempat pendidikan dimana anak belajar, gaway tidak pernah lepas darinya. Permasalahan tersebut kalau berlanjut akan sangat membahayakan anak kedepannya kalau salah dalam memilih kontennya. Biasanya anak sangat familier dengan game. Berjam-jam betah, tanpa lelah memainkan game. Permasalahan ini kalau tidak di cegah sejak dini oleh orangtua akan sangat membahayakan kesehatannya, utamanya mata. Banyak anak-anak yang matanya minus karena sudah kecanduan memainkan gadget tanpa kenal waktu.
Sebagai orangtua, batasi main gamenya dan alihkan dengan mendengarkan musik anak-anak. Isilah dalam gawai musik anak-anak tempo dulu dan lagu modern anak-anak karya ibu Sud, AT. Mahmud, Kak Seto, Titik Poespa, Papa T. Bob yang liriknya lagu anak. Penulis yakin, ketika anak-anak sudah hafal dengan lagu yang sesuai dengan umurnya mereka juga akan mendendangkan dalam keseharian bersama keluarga. Ketika lagu anak sudah meramaikan dalam keluarga maka komunikasi akan terbangun dengan baik antara ibu, bapak dan anak.
Berdendang sebenarnya sebagai media komunikasi anak orang tua. Banyak lagu-lagu anak-anak yang isinya mengajarkan kepada kesopanan, keberanian, kelembutan hati dan mengasah kecerdasan kognitif. Sebenarnya lagu anak-anak liriknya tidak panjang, sederhana, diulang-ulang , edukatif, inspiratif, motivatif dan cepat untuk di hafal agar anak mendapatkan pelajaran yang berharga dan mudah meresapi isi lagu dalam hati anak-anak, membentuk pribadi dan meningkatkan kecerdasan mereka.
Marilah kita berusaha meminimalkan kesempatan anak-anak untuk mendengarkan lagu-lagu dewasa, dan lebih memilih mendengarkan, menyanyikan lagu-lagu anak dalam keluarga.. Mungkin kita bisa menyalahkan media tv, elektronik yang kurang berminat menyiarkan lagu-lagu anak, namun kita harus mau dan berbagi waktu dalam keluarga memutar lagu-lagu anak, Usaha orangtua adalah kewajiban orangtua agar anak-anak tidak terkontaminasi lagu dewasa. Mari kita tanamkan di dalam hati semangat “Cinta Lagu Anak”.