Ada kenangan yang tidak terlupakan dimusim haji 2017 ketika seorang muslim ingin melaksanakan rukun Islam yang ke lima mengumpulkan uang sampai berpuluh-puluh tahun dari hasil memijat, jualan rosok, mengayuh becak, jualan gorengan bahkan ada yang beprofesi sebagai kuli gendong di pasar. Kerja keras tersebut tertebus setelah Kementerian Agama mengumumkan sebagai calon haji yang siap berangkat ke Mekah dan Madinah. Calon haji yang fenomenal adalah Alana, sang difabel yang cerdas. Seminggu yang lalu salahsatu stasiun tv swastsa menayangkan langsung Alana Ragil Prasetya, difabel penghafal al-Qur’an dari Banjarnegara Jawa Tengah berhasil masuk dalam sepuluh besar lomba Musabaqoh Hifzil Al-Qur’an di Padang Sumatera Barat dengah menyisihkan ratusan peserta dalam kategori hafalan 8 juz. Alana berhasil menjawab dengan sempurna dari setiap pertanyaan dari sejumlah juri dari Timur Tengah
Ada satu yang istimewa dari Alana sebagai sang juara yang bisa mengungguli teman-temannya yang sehat jasmani, karena Alana adalah anak difabel dengan bantuan kursi roda ketika beraktifitas sehari-hari dengan kemampuan berdiri kurang tegak, agak terhuyung ketika berjalan karena keseimbangan tubuh yang kurang hingga harus tertatih-tatih ketika akan melangkahkan kaki. Keterbatasan fisik Alana, Allah swt memberikan kelebihan dengan daya ingat yang bagus dalam menghafal al-Qur’an hingga memperoleh peringkat 10 besar Musabaqoh Hifzil Qur’an hingga Syaikh Khalid Al-Hamoudi , ulama tersohor dari Arab Saudi melalui yayasan Al-Manarah memberikan hadiah haji kepada Alana, kedua orangtua dan kakeknya. Keluarga Alana tidak hanya mendapatkan hadiah haji, namun juga mendapatkan penghormatan untuk bertemu langsung dengan Raja Arab Saudi di Kerajaan Arab. Alana dan keluarga juga akan diajak melaksanakan rangkaian wisata di Afrika dan Eropa. Kenikmatan yang luarbiasa dan sebanding dengan Alana dalam menghafal al-Qur’an karena keterbatasan fisiknya.
Dalam perlombaan para juri sangat terpukau dengan kekuatan hafalan Alana namun juga sangat prihatin dengan kondisi Alana dengan keterbatasan fisiknya yang kurang namun mempunyai semangat yang membara dalam menghafal al-Qur’an. Alana sejak awal memang berkeinginan kuat memperoleh hadiah haji jika menjadi juara, dan keinginan ini disampaikan saat sedang mengikuti audisi hafizd Indonesia yang disiarkan salahsatu stasiun televisi nasional nasional beberapa waktu lalu.
BELAJAR DARI ALANA YANG DIFABEL
Istilah difabel dan disabilitas dari para pakar masih pro dan kontra dalam negara Indonesia dan internasioanal. Kedua istilah tersebut walaupun sering digunakan di Indonesia, namun kata difabel dan disabilitas tidak akan (belum) ditemui dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Difabel, disabilitas, atau keterbatasan diri dapat bersifat fisik, kognitif, mental, sensorik, emosional, perkembangan atau beberapa kombinasi dari ini. Jadi Alana secara umum mempuyai kemampuan fisik dan mental yang tidak normal sebagaimana layaknya orang normal namun semangat Alana yang menjadikan ciri-ciri difabel tersebut menjadi hilang. Pengertian difabel adalah sebutan bagi orang yang memiliki perbedaan kemampuan secara normal atau layak. Sedangkan disabilitas adalah suatu ketidakmampuan tubuh dalam melakukan aktifitas atau kegiatan tertentu sebagaimana orang normal. Penyandang cacat juga digunakan untuk sebutan disabilitas.
Dengan Alana menjuarai Musabaqoh Hifzil Qur’an maka sudah tidak waktunya masyarakat mengucilkannya dan menganggap disabilitas sebagai aib karena keterbatasan fisiknya. Sudah bukan saatnya lagi masyarakat menyembunyikan anggota keluarga yang difabel di sembunyikan anggota keluarganya karena malu. Pola pikir masyarakat harus diubah dengan sebuah pemikiran, dibalik kekurangan terdapat kelebihan dan dengan kondisi terbatas difabel lebih memilih untuk mengoptimalkan kelebihan daripada kekurangannya. Alana telah membuktikan pada masyarakat Indonesia bahwa anak difabel juga mampu bersaing dalam kompetisi hafalan al-Qur’an.
Selain Alana yang lihai dalam melafazdkan ayat-ayat al-Qur’an dengan kekuatan hafalannya, di negara Indonesia sudah banyak putra-putri terbaik Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia dalam lomba olahraga tingkat nasional maupun internasional, sebut saja Agus Ngaimin atlet renang, Ni Nengah Widasih atlet angkat berat, Setyo Budi Hartanto atlet lompat jauh, M. Made Irawan musisi piano handal dan lain-lain. Banyak talenta-talenta muda Indonesia yang belum terekspos di media cetak dan elektronik seperti Alana.
Mari bersama peerjuangkan dan berdayakan difabel untuk hidup layak, mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan dan sama kedudukannya dengan orang normal, sehingga mereka tidak terkucilkan dan seolah-olah menjadi sampai masyarakat. Kita bisa belajar dari Alana anak penghafal yang mempunyai cita-cita mulia. Dengan keterbatasannya telah berhasil menghajikan kedua orang tua dan kakeknya ke Mekah dan Madinah. Semoga menjadi renungan.