Apakah kawan-kawan termasuk netizen yang sangat aktif memberikan respons di media sosial? Baik berupa like, comment, dan share? Perhatikan kembali ketika kawan-kawan akan memberikan respons di media sosial. Semua respons yang kawan-kawan berikan akan meninggalkan jejak digital yang sangat sulit dihapus. Bisa jadi respons itu akan menjadi bumerang dan menimbulkan urusan yang panjang.
Seperti yang dialami Habib Rizieq Shihab. Percakapannya dengan Firza Husein melalui WhatsApp tersebar dan viral di media sosial, April 2017 lalu. Akibatnya Rizieq dilaporkan ke polisi atas tuduhan kasus pornografi. Rizieq yang menyangkal tuduhan itu, hijrah ke Mekah dan belum kembali ke Indonesia hingga sekarang.
Kasus terbaru yang menghebohkan media sosial adalah pembakaran bendera yang diduga sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Video itu sudah terlanjur menyebar di media sosial. Meskipun pengunggah sudah menghapusnya, video itu tetap meninggalkan jejak dan bisa diakses hingga puluhan tahun mendatang.
Dua contoh kasus di atas baru berupa jejak digital yang kasat mata dalam bentuk teks, video, maupun video. Belu lagi jejak digital tak kasat mata yang tanpa sadar selalu ditinggalkan netizen ketika mengakses internet. Perusahaan teknologi, Intel, mengklasifikasikan jejak digital menjadi dua macam. Jejak digital pasif dan jejak digital aktif.
Jejak digital pasif tercipta secara otomatis, tanpa disadari netizen. Wujudnya berupa browsing history di browser atau cookies. Sementara jejak digital aktif tercipta secara sadar. Netizen memberikan sejumlah informasi secara sadar kepada layanan internet yang mereka gunakan. Misalnya ketika netizen memberikan identitas asli ketika mendaftar Facebook, share location via WhatsApp, atau sekadar mengunggah foto tentang kemacetan Kota Semarang.
Melalui jejak digital pasif dan aktif yang ditinggalkan netizen tersebut, seseorang bisa mengetahui banyak hal tentangnya. Misal makanan favorit, model baju kesayangan, lagu kesukaan, serta hal-hal privat lainnya. Contoh paling sederhana, jika kamu ingin mengetahui kepribadian temanmu cukup lihat aplikasi Youtube di smartphone-nya saja.
Dilihat dari video harian yang ditampilkan di beranda, kamu bisa menilai seperti apa kepribadian temanmu. Sebab video-video dalam beranda Youtube mengindikasikan konten-konten yang paling sering diakses dan ditonton oleh temanmu.
Tinggalkan Jejak Positif
Bagi netizen yang sadar akan sisi negatif internet, ia akan menganggap internet sebagai hutan rimba. Di satu ia menghadirkan keindahan dan berbagai wawasan baru. Namun di sisi lain hutan rimba juga penuh dengan misteri dan ancaman yang siap menyerang kapanpun. Maka dari itu, kawan-kawan memerlukan langkah yang tepat untuk bisa tetap bertahan hidup.
Untuk mampu bertahan hidup, ada baiknya kawan-kawan meninggalkan jejak positif di rimba internet. Sebisa mungkin jangan meninggalkan jejak negatif yang bisa diungkit oleh oknum tidak bertanggung jawab di masa mendatang. Jejak negatif itu bisa berupa umpatan, makian, foto, maupun video yang tidak sepantasnya ditampilkan di ruang publik.
Tangan-tangan jahil netizen yang tidak bertanggung jawab selalu siap menekan tombol screenshot. Kemudian membuatnya viral di media sosial yang mampu memberikan tekanan psikologis yang luar biasa. “Ucapanmu memang tidak bisa dipegang, tapi bisa discreenshot,” begitu kelakar seorang kawan. Ia merasa geram karena sudah berkali-kali jejak digitalnya discreenshot dan diviralkan di media sosial.
Kawan saya itu pun perlahan mengurangi pola komunikasi melalui media sosial. Ketika ada satu permasalahan, ia lebih suka membicarakannya secara langsung. Sebab ia sadar, penulisan satu karakter saja dalam sebuah pesan WhatsApp bisa menimbulkan permasalahan karena perbedaan pemahaman. Ia ingin meminimalisir hal itu dengan bercakap langsung. Agar semuanya tuntas, tanpa meninggalkan jejak digital yang bisa jadi menimbulkan permasalahan baru di masa mendatang.
Jejak digital apa yang kamu tinggalkan hari ini? [Nashokha]