Kecelakaan udara Lion Air JT610 ditahun 2018 dan Malaysia AirLines MH370 ditahun 2016 menjadi pukulan telak di dunia kedirgantaraan. Lion Air yang masih baru mengapa bisa jatuh di perairan di dekat Karawang Jawa Barat ? Memang pesawat jatuh bisa disebabkan beberapa faktor yaitu kesalahan teknis, kesalahaindividu, bahkan kondisi pesawat itu sendiri. Sebuah renungan yang penulis ungkap diakhir tahun 2016 adalah hilangnya Malaysia Airlines menjadi pembanding dengan jatuhnya Lion Air yang sampai sekarang belum di ketahui penyebabnya. Dalam kasus Malaysia Ailines, dalam tulisan disebuah harian pagi tertulis, sudah 16 hari upaya pencarian Malaysia Airlines berlangsung, namun keberadaan pesawat Malaysia Airlines MH370 belum di ketahui, padahal ada lebih 1000 satelit yang yang beroperasi di luar angkasa bumi, tidak ada satupun yang berhasil menemukan pesawat boing 777-200 ER tersebut.
Prof. Dr. Habibi membuat pernyataan yang memantik warga Malaysia dengan pernyataan , bahwa pesawat tersebut meledak di angkasa pada ketinggian 10 km. Karena meledak di angkasa kemungkinan sulit menemukan bangkai pesawat, apalagi pesawat tersebut dengan tujuan yang cukup jauh yaitu Beijing , tentunya bahan bakar pesawat tentunya lebih dari cukup. Kalau pesawat meledak bahan bakar tersebut mempercepat dan memperkuat ledakannya. Habibi lulusan dari Rhein Westfalen Jerman sebagai pakar pembuat pesawat tentu telah berpikir secara komperehensif sebelum membuat statement. Sama ketika Habibi membuat pernyataan tentang mobil ESEMKA. Beliau menyatakan Sulit dan belum waktunya ESEMKA bersaing dengan mobil jepang yang sudah lengkap infrasrtukturnya mulai dari pabrik pembuat motor, suku cadang, bengkel, teknisi semua sudah siap sampai ke bawah. Wal hasil ESEMKA mulai pelan-pelan menguap beritanya, apalagi Jokowi sebagai inspiratornya sudah menjadi Gubernur DKI Jakarta. Keterbatasan intelektual dalam pencarian pesawat itulah membuat para pejabat Malaysia berbeda dalam memberikan komentar hilangnya pesawat. Pernyataan itulah semakin membuat keluarga korban semakin bingung, sedih, was was. Negara China yang bereaksi dengan keras menaggapi pernyataan pejabat Malaysia tersebut, karena sebagian penumpangnya adalah warga China.
Pencarian lewat udara, laut, darat terus di upayakan walau belum ada titik keberhasilan. Ketika manusia sudah tidak berdaya dengan segala kekuatan pikirannya, namun pesawat belum di temukan maka langkah yang di ambil adalah menyerahkan diri kepada Allah swt. Itulah yang di sebut dengan Zero Mind Proces. Ketika manusia merasa tidak berdaya di hadapan Ilahi, Justru saat itulah Spiritual mengambil peranan penting, karena langsung di ambil oleh God Spot. Spiritual dengan leluasa memberikan ketenangan secara fantastis, sehingga fungsi intelektual dan emosional akan berfungsi normal dan stabil. Manusia ternyata tidak berdaya sama sekali dari kasus hilangnya Malaysia Airlines ini. Walaupun seluruh pakar di kumpulkan untuk mencari bangkai pesawat tersebut. Pada dasarnya memang manusia adalah plagiator dari ciptaan Allah swt. Allah swt menciptakan burung manusia menciptakan kapal terbang, Allah swt menciptakan kuda, manusia menciptakan mobil, Allah swt menciptakan ikan, manusia menciptakan kapal. Ilmu manusia ibaratnya adalah hanya 1 tetes di air samudra. Satu tetes air tersebut di bagi manusia sejagat. Mencari pesawat dari hasil plagiator saja tidak ketemu bagaimana dengan yang lain? Kadang manusia sombong, angkuh akan penguasaan teknologi akan tetapi dengan hilangnya Malaysia Airlines manusia begitu kecil di hadapan Allah swt. Apa yang di banggakan dan sombongkan manusia di hadapan Allah swt ? Jatuhnya kedua pesawat terbang tersebut, semoga menjadi renungan bagi masyarakat dunia.