Kegiatan Apel Program Sekolah Menengah Dua Polantas (SMDP) dikuti perwakilan puluhan SMA dan SMK se-kota Semarang dilapangan Polrestabes di 2016, 2017 perlu di tindaklanjuti di tahun 2018. Program ini bertujuan menekan tingginya angka pelanggaran lalulintas dan kecelakaan dikalangan usia produktif khususnya pelajar.
Secara psikologi pelajar ditingkat menengah atas belum matang dalam berpikir dan masih perlu bimbingan dari orangtua dan guru di sekolah. Ketika polisi diperbantukan untuk memberikan bimbingan dan pengawasan kriminal akan menjadi sinergi yang baik dalam menjadikan pelajar disiplin dan patuh peraturan, bahkan bisa memberikan edukasi pencegahan dalam masalah kriminal. Pelajar kadang kurang sadar bahwa merokok, membawa obat terlarang, membawa senjata tajam adalah larangan sekolah. Dengan adanya polisi memberikan edukasi pencegahan maka siswa enggan membawanya ke sekolah. Kedepan perlu dibuat panduan dan bisa diajarakan setelah kegiatan belajar usai sebagai pembelajaran muatan lokal. Fakta dilapangan banyak pelajar di sekolah yang belum punya sim akan tetapi mengendarai motor atau mobil ke sekolah. Pelanggaran siswa yang tidak punya SIM dan mobil dan motornya kena tilang polisi yang ekspos oleh media cetak dan elektronik cukup menjadi pelajaran sekali saja. Di sekolah-sekolah dipinggiran Semarang, bahkan siswanya menitipkan motor di masyarakat dan masyarakat menerimanya karena mendapatkan kompensasi penitipan berupa uang. Permasalahan perlu juga diurai agar pencegahan dapat dilakukan sejak dini.,
Kapolrestabes Semarang Kombes Burhanudin yang sekarang sudah beralih tugas dan di gantikan Kombes Abiyoso Seno Aji berharap program tersebut bisa menekan angka kecelakaan dan pelanggaran lalulintas ditingkat pelajar dan perilaku kurang disiplin bisa berkurang. Burhanudin juga akan mengevaluasi banyaknya pelajar yang tidak punya SIM tapi mengginakan mobil atau motor ke sekolah. Dalam perencanaan Satlantas Polrestabes Semarang, program SMDP yang sudah dimulai tanggal 25 Juli 2016 dengan menunjuk 24 SMA dan SMK menjadi pilot project dengan pendampingan dari kepolisian sejumlah 48 orang diharapkan berlanjut di tahun 2018. .
Kecelakaan di Dominasi Pelajar
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, kecelakaan lalulintas di Indonesiamenjadi pembunuh terbesar ketiga dibawah penyakit jantung dan tuberculosis (TBC). Rilis WHO tersebut sesuai dengan penyataan yang pernah disampaikan oleh Kasi Pendidikan Masyarakat (DIKMAS) Ditlantas Jateng Kompol Nasikun yang pernah dimuat dalam suratkabar pada bulan September 2014, bahwa 70 % kecelakaan di Jawa Tengah melibatkan usia produktif atau pelajar. Kasus kecelakaan pelajar semestinya menjadikan para pelaku pendidikan waspada untuk penanganan sejak dini agar angka kecelakaan dapat dikurangi, karena pelajar adalah penerus estafet bangsa yang digadang akan meneruskan keberlangsungan negeri ini, Kita tidak ingin putus generasi karena pelajar banyak yang kecelakaan.
Peristiwa Abdul Qadir Jailani yang tenar dengan sebutan Dul putra selebritis Ahmad Dani cukup menjadi pembelajaran bagi masyarakat. Peristiwa menabraknya mobil AQJ di jalan tol yang mengakibatkan mobil luxio ringsek dan beberapa orang meninggal dan luka menjadi catatan merah kecelakaan di Indonesia. Semestinya anak-anak Indonesia di awasi dengan baik oleh orangtuanya dan jangan ugal-ugalan di jalan yang menyebabkan nyawa orang lain meregang. Korban meninggal karena ulah si Dul untungnya, Dani sebagai ayahnya bertanggungjawab dengan menyantuni mereka. Bagaimana kalau peristiwa sebagai pelakunya adalah anak miskin yang tidak punya apa-apa ? Siapa yang akan bertanggungjawab ?
Menurut penulis, perkembangan otak AQJ belum matangdalan kemampuan kognitifnya, maka wajar belum mempunyai SIM, karena syarat mempunyai SIM adalah jika seseiorang sudah berumur 17 tahun., Dalam kontek ini orang tua harus sadar bahwa sesibuk orang tua kalau anaknya belum mempuyai SIM harus diantar kesekolah atau menyuruh orang lain yang sudah mempunyai SIM untuk mengantar. Daalam mengantarpu peralatan lalulintas harus lengkap terutama helm, karena penyebab terbesar dalam kecelakaan yang mengakibatkan kematian adalah terbenturnya kepala dengan benda lain yang mengakibatkan gegar otak. Ubah pola pikir orang tua yang memberikan kemudahan bagi anaknya walaupun mereka tidak mempunyai SIM. Pola pikir anak pasti akan bangga bila di fasilitasi orangtuanya Motor Gede (Moge). Mereka merasakan seperti si Boy dan Refa dalam sinetron anak jalanan . Mereka merasakan tersanjung karena motor atau mobilnya bagus sedangkan mereka tidak punya surat ijin mengemudi (SIM).
Mari seluruh pelaku pendidikan, kepolisian, masyarakat untuk bersinergi membangun masyarakat yang aman di jalan dengan mengendarai motor sesuai presedur yang ada agar selamat. Jangan lupa berdoa sebelum berangkat agar diselamatkan Allah swt dari kecelakaan.,
Semoga program Sekolah Menengah Dua Polantas (SMDP akan segera berjalan dengan baik dan seluruh sekolah dan madrasah siap untuk menyambutnya dengan suka cita. Program ini tidak hanya terbatas pada tingkat SMA/MA akan tetapi harapkan juga pelajar tingkat SMP./MTS. Semoga terlaksana dan Bravo Pak Polis.