Kita sepakat bahwa masjid adalah sebuah tempat ibadah bagi sang hamba dengan sang khalik (Allah Swt.). Demikian pula masjid dalam arti sempit merupakan tempat yg mulia di sisi Allah Swt. Karena itu Allah Swt telah memberikan perhatian secara khusus terhadap tempat tersebut. Hal itu terbukti dengan banyaknya janji yg ditebar oleh Allah Swt terhadap orang-orang yg mau memelihara dan membangun masjid. Salah satu dari sekian banyaknya janji itu adalah bahwa Allah Swt. akan membuatkan rumah di surga kelak nanti.
Diakui atau tidak di negara Indonesia sekarang ini banyak masjid didirikan, baik di kota maupun di desa. Hal ini memang benar kalau dikatakaan menjadi indikator positif dalam kemajuan Islam di Indonesia. Karena hampir di seluruh desa (dukuh) sudah mempunyai masjid yang megah-megah. Tetapi bisa saja, dari perspektif lain menjadi “ironisasi” karena banyaknya masjid yang dibangun dengan bangunan yang megah-megah tersebut tidak di fungsikan sebagaimana mestinya.
Menurut penulis masjid adalah sebuah simbol kejayaan, kalau simbol kejayaan itu tidak gunakan semestinya-kan menjadi hal yang tidak baik juga. Sebab yang dirasakan saat ini semakin banyak masjid di Indonesia, tetapi fungsi dan peranan masjid secara kaffah belum diaplikasikan oleh masyarakat kita saat ini. Bahkan di sisi lain malah menunjukkan ada kemunduruan peranan masjid dalam menyelesaikan permasalahan sosial keagamaan.
Masjid yang begitu banyak kita bangun hanya sebagai simbol daripada menjadi sarana untuk membangun umat, bahkan, peranan masjid begitu jauh terasing dari masalah umat. Walaupun masjid tersebut berada di tengah-tengah penduduk yang beragama Islam.
Sebenarnya yang kita inginkan tak lain ketika perbandingan rumah ibadah dengan jumlah umat tersebut representatif. Tetapi kenyataanya peranan rumah ibadah tersebut belum signifikan dalam mengakses permasalahan umat umat, bahkan seakan malah memperpanjang catatan sosial keagamaan umat Islam yang buruk di negeri ini. Catatan sosial yang buruk itu dapat kita simak dari potret kemiskinan umat, kebodohan umat, maraknya korupsi, sampai fatalisme, dan keterbelakangan negeri ini dengan negara lain.
Maka kelemahanan akses rumah ibadah terhadap masalah umat inilah dipengaruhi oleh peranan rumah ibadah yang lebih dominan direkonstruksi sebagai institusi ibadah mahdhah daripada ibadah ghairu mahdhah. Oleh sebab itu, keberadaan masjid sebagai sarana tempat penyelenggaraan sholat dan peranan pemberdayaan umatnya tertinggal. Di samping itu masjid juga lebih banyak dijadikan ajang pergumulan retorika dakwah yang tidak membumi. Malahan, dangkal dari pesan-pesan agama yang seharusnya dapat meningkatkan kemampuan umat. Maka dalam konteks inilah kita perlu merenungi statement Daniel Bell dalam bukunya The End of Theology (1680). Dimana dia telah memberikan pesan-pesan agama yang tidak mampu menyelesaikan persoalan umat akan menjadikan agama tersebut sebagai fosil yang disimpan dalam rumah kaca.
Oleh karena itu, sudah seharusnya rumah ibadah yang sangat banyak kita miliki ini menjadi aset dalam membangun umat. Tetapi sayang, kita belum memotensikannya secara maksimal. Padahal kalau kita melihat dari sebuah sejarah peradaban Islam masa silam, baik ketika era Rasulullah Saw. maupun pada era keemasan Islam di Andalusia (Spanyol), peranan masjid begitu sangat luas dan membumi. Dimana masjid tidak hanya dijadikan sebagai sarana penyelenggaraan shalat semata, tetapi juga dijadikan sebagai institusi sosial yang berperan membangun pendidikan, membangun ekonomi, bahkan sampai membangun politik umat.
Oleh sebab itu, keberadaan masjid di era Rasulullah Saw lebih tepat dikatakan sebagai institusi yang membangun peradaban umat Islam yang modern. Pada era kejayaan Islam di Andalusia masjid telah direkonstruksikan sebagai pusat pendidikan. Bahkan masjid menjadi basis “central” bagi kaum intelektual dalam membangun kepakarannya karena masjid pada era itu telah dilengkapi dengan perpustakaan yang dapat diiakses oleh umat. Demikian pula tidak mengherankan kemajuan yang dicapai oleh Islam di Andalusia ini sangat dipengaruhi oleh peranan masjid yang berfasiilitas pendidikan tersebut.
Dari situlah kamajuan-demi-kemajuan ilmu pengetahuan pada masa itu telah mengubah peradaban Andalusia khususnya dan Umat Islam pada umumnya yang lebih luas lagi. Disamping itu kalau kita membuka sejarah lagi, ternyata serambi-serambi masjid banyak melahirkan ilmuan-ilmuan Islam, seperti, Ibnu Rusy dan Ibnu Sina. Dimana kedua ilmuan ini menurut literatur sejarah yang ada banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku di perpustakaan di masjid .
Perlu Pengoptimalan
Mengingat itu, tentu masalah masjid yang saat ini sedang mengalami kemunduruan harus menjadi renungan kita bersama dan perlu pengoptimalan secara kaffah, sehingga kedepanya masjid di negeri kita ini menjadi sebuah tempat sumbernya akan ilmu pengetahuan, selain sebagai tempat ibadah sholat. Masjid harus menjadi sebuah perubahan sosial umatya. Demikian pula masjid perlu dikembalikan sebagai agen transformasi umat dengan memperluas peranan dalam fungsinya yang tidak lagi sebatas serambi shaf-shaf sholat yang kosong tanpa jama’ah.
Kini sudah saatnya masjid di rekonstruksi sebagai institusi agama yang modern yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang dapat memberdayakan umat dan tidak lagi sekedar sebagai sarana penyelenggaraan sholat semata. Mengingat masjid sudah sangat penting dijadikan sebagai institusi agama yang professional. Bahkan kalau kita bercermin kepada negara Malasyia, masjid di negara tersebut sudah dilengkapi dengan sambungan internet tanpa kabel dan gratis akses oleh para jama’ah sehingga masjid tidak lagi dikunjungi waktu sholat saja, melainkan akan dijadikan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan, bahkan dijadikan tempat untuk berkreasi,yang pasti berkreasi yang positif.
Oleh karena itu sebuah perbaikan (improvement) saat ini sangatlah diperlukan segera untuk masjid di negara Indonesia, salah satu caranya dengan penguatan dan perbaikan berkelanjutan untuk masjid dan kesungguhan kita yang notabene sebagai penduduk yang mayoritas beragama Islam terbesar di seluruh dunia.
Kalau hal diatas sudah disadari oleh masyarakat kita ini, dengan kembali merenungi dan menindaklanjuti bahwa masjid adalah sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam yang telah memberi warna indah bagi umat Islam modern. Maka tidaklah mustahil jika kedepanya masjid di Indonesia insyaallah akan menjadi tempat yang luar biasa sebagai tempat ibadah dan sebagai tempat centralnya ilmu pengetahuan. Semoga.