Nabi Musa dan Harun diperintah Allah untuk mengajak Firaun dengan penuh tatakrama kesopanan agar Ia mau meyembah Allah SWT. Musa meminta Minephtah (1232-1224 SM), putra dari Ramses II berkenan membebaskan Bani Israel dari perbudakan. Selama ratusan tahun umat Yahudi ditindas dan kerja paksa membuat batu bata untuk membangun piramid-piramid dan monumen megah di Mesir.
Dengan penuh kesombongan Firaun mengabaikan ajakan tersebut, maka Allah menunjukkan Tanda Keagungan-Nya, melalui Nabi Musa.
- Tangan Nabi Musa menjadi putih bercahaya
Dan ia mengeluarkan tangannya, Maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya. (al A’raf : 108)
Ketika mukjizat tersebut ditampakkan, Firaun tertawa sinis dan menganggapnya sebagai sihir murahan. Malah ia menantang Musa untuk adu kesaktian sihir pada festival besar yang akan disaksikan banyak orang.
2. Tongkat menjadi ular
Ada 72 penyihir tersohor di Mesir yang berkumpul untuk melawan Musa. 40 diantaranya adalah penyihir andalan Firaun, mereka berasal dari kaum Yahudi yang dilatih sihir hitam sejak balita. Sihir yang mengerikan itu dipatahkan oleh mukjizat tongkat Nabi Musa.
Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”. (Thaha : 69)
Menyaksikan keagungan mukjizat Allah seketika 40 penyihir Yahudi beriman kepada Musa. Umat Yahudi bersorak gembira atas kemenangan itu dan dari kalangan warga Mesir yang turut menyaksikan merasakan takjub. Hal ini merisaukan dan mendatangkan amarah Firaun. Ia menghukum penyihir kesayangannya itu dengan memotong tangan dan kaki secara bersilangan lalu menggantung mereka di tiang salib (QS. Thaha : 71). Firaun juga semakin menindas bani Israil dengan memperberat perbudakannya, seperti diceritakan dalam Keluaran Pasal 5 ayat 9 :
Pekerjaan orang orang ini harus diperberat, sehingga mereka terikat kepada pekerjaannya dan jangan memperdulikan perkataan dusta (Musa).”
3. Kemarau panjang yang menyebabkan paceklik
Dan Sesungguhnya kami Telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. (al A’raf : 130)
Kekejaman dan kesombongan Firaun mendatangkan bencana bagi kaum dan pengikutnya. Mereka merasakan kesulitan akibat kemarau panjang. Kekurangan pengairan menyebabkan gagal panen dan mengurangi kenyamanan hidup mereka. Akhirnya Firaun minta tolong kepada Nabi Musa untuk berdoa agar segera diturunkan hujan dan berjanji akan membiarkan bangsa Israel meninggalkan Mesir.
Ketika kemarau berakhir dan kembali makmur mereka lupa dan kembali menyombongkan diri dan berkeras hati. Firaun mengingkari janjinya untuk melepaskan penindasannya kepada bani Israel. Mereka berkata: “Itu adalah karena usaha kami sendiri”. Tetapi jika mereka ditimpa dengan kesulitan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya.
Demikianlah keadaan Firaun beserta pengikutnya seperti digambarkan dalam surat al A’raf : 134-135, akhirnya Allah menurunkan adzabnya secara berturut turut:
Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (Al A’raf : 133)
4. Taufan
Langit Mesir menjadi gelap gulita. Badai dahsyat disertai dengan hujan es dan kilat yang menyambar bagaikan api menimpa mereka berhari hari. Kondisi alam tersebut menyebabkan banjir yang merusak segala tanaman dan buah buahan.
5. Serbuan belalang
Jutaan belalang menyerbu dan memakan semua tanaman yang pernah tumbuh di Mesir. Belalang itu hampir hampir menutupi permukaan tanah saking banyaknya dan bangkainya mengotori rumah rumah.
6. Serangan kutu
Wabah Kutu menyebabkan penyakit sampar, hewan-hewan ternak mati bergelimpangan. Kutu ini juga menyerang manusia menyebabkan bisul bisul, inveksi dan bernanah.
7. Membanjirnya katak
Katak katak mengeriap dalam sungai Nil lalu naik dan masuk ke rumah-rumah hingga istana Firaun. Tidak ada seorangpun yang membuka pakaian dan tempat makanan melainkan sudah terdapat katak yang bertengger di dalamnya. Bangkai-bangkai katak itu menyebarkan bau busuk dan membawa kuman penyakit.
8. Darah
Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir’aun (kepada Fir’aun): “Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri Ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?”. Fir’aun menjawab: “Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan Sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka”. (al A’raf : 127)
Keputusan Firaun untuk membunuh anak anak laki laki bangsa Israel ini menjadikan sebab tulah dari Allah jatuh kepada mereka sendiri. Wabah penyakit mengerikan menimpa putra-putra Mesir, darah keluar dari hidungnya (mimisan). Konon saat itu anak-anak yang mati hingga mencapai 70 ribu, sebaliknya tidak seorangpun dari bani israel yang meninggal karena wabah. Sebagaimana dalam Keluaran Pasal 11 ayat 5 :
Maka tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun yang duduk di tahtanya…
Azab darah tersebut demikian beratnya bagi warga Mesir sehingga mampu mendesak Firaun untuk memenuhi permintaan Nabi Musa. Malam itu juga, Musa membawa warga Israel meninggalkan Mesir setelah tinggal di sana selama 430 tahun, sejak Nabi Yusuf membawa leluhur mereka ke tanah Gosyen. Seperti disebutkan dalam Keluaran Pasal 12 ayat 33:
Orang Mesir juga mendesak dengan keras kepada bangsa itu, menyuruh bangsa itu pergi dengan segera dari negeri itu, sebab kata mereka “Nanti kami mati semuanya”.
9. Membelah laut Merah (Teberau)
Dan Sesungguhnya Telah kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku di malam hari…”.(Thaha : 77)
Pagi harinya Firaun berubah pikiran. Ia segera mengumpulkan pasukan jagalnya di kota kota dan bermaksud membantai Bani Israel yang tengah bertenda di tepi laut Merah. Melalui mukjizat tongkatnya Nabi Musa membelah laut dan bangsa Israel menyeberangi tanah kering di bawahnya dengan tembok laut yang tinggi di kanan kirinya.
Fenomena yang dahsyat dan agung ini demikian mencengangkan. Firaun dan tentaranya terpukau ngeri di pingir pantai menyeaksikan warga Yahudi melintasi dasar lautan. Sekitar 4 jam baru Firaun baru tersadar dan bergegas memerintahkan pasukannya untuk mengejar. Malangnya, sampai di tengah lautan kembali menutup dan menenggelamkan Firaun beserta bala tentaranya.
وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ – ٥٠
Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu, lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan [al Baqarah : 50].