• Home
  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Minggu, Desember 14, 2025
  • Login
  • Register
Kawan Islam
Advertisement
  • Kiriman Pembaca
    • Kirim ke kawanislam
    • Berita
    • Kiriman Pembaca
    • Kolom Guru & Orang Tua
    • Forum Rohis
  • Kisah Inspiratif
    • Cerpen
    • Hikmah & Muhasabah
  • Konsultasi
    • Agama
    • Psikologi
  • Pengetahuan Islam
    • Akhlak
    • Hukum
    • Qur’an & Hadits
    • Sejarah dan Budaya
    • Islam dan Sains
    • Artikel
  • Pesantren Progresif Fathimah Al Amin
    • Profil Pesantren
  • Login
No Result
View All Result
  • Kiriman Pembaca
    • Kirim ke kawanislam
    • Berita
    • Kiriman Pembaca
    • Kolom Guru & Orang Tua
    • Forum Rohis
  • Kisah Inspiratif
    • Cerpen
    • Hikmah & Muhasabah
  • Konsultasi
    • Agama
    • Psikologi
  • Pengetahuan Islam
    • Akhlak
    • Hukum
    • Qur’an & Hadits
    • Sejarah dan Budaya
    • Islam dan Sains
    • Artikel
  • Pesantren Progresif Fathimah Al Amin
    • Profil Pesantren
  • Login
No Result
View All Result
Kawan Islam
No Result
View All Result

Lakum Dinukum Wa Liya Diin

M. Zahri Johan by M. Zahri Johan
Juni 4, 2020
in Pengetahuan Islam, Qur'an & Hadits
Lakum Dinukum Wa Liya Diin

Tulisan Lain(Dibaca Kawanmu)

Eksistensi Santri Progresif di Era Digital dalam Menjaga Ghirah Dakwah

Mahasantri: Pengawal Kemerdekaan Menuju Peradaban Dunia

Dari Pesantren Menuju Peradaban Dunia: Kiprah Santri dalam Merawat Indonesia dan Menebar Inspirasi Global

  • 140shares
  • 0
  • 140
  • 0

Gembong kafir Quraisy: Al Walid ibn al Mughiroh, Aswad Ibn Abdul Muthalib, Umayah Ibn Khalaf menawarkan kompromi menyangkut pelaksanaan tuntunan agama. Usul mereka agar nabi beserta umatnya mengikuti dan melaksanakan kepercayaan musyrik Quraisy selama setahun demikian sebaliknya. Nabi menjawab “Aku berlindung kepada Allah, dari tergolong orang-orang yang mempersekutukan Allah”. Lalu turunlah surat Al Kafiruun, yang merupakan surat ke 19, turun sesudah surat al Maun dan sebelum al Fiil.

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“ Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Diin dapat berarti agama, balasan, dan kepatuhan. Dengan alasan bahwa kaum musyrikin Makkah tidak memiliki agama maka sebagian ulama mengartikan diin dengan “balasan”. Ayat tsb difahami senada dengan

قُلْ لَا تُسْأَلُونَ عَمَّا أَجْرَمْنَا وَلَا نُسْأَلُ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Katakanlah: “Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat”. (QS Saba’ : 25)

Jika Diin dimaknai dengan agama, maka ayat ini berarti mempersilahkan mereka menganut apa yang mereka yakini. Karena Nabi sudah mendakwahi mereka dengan ajaran agama yang benar dan mereka bersikeras menolak ajaran tersebut, kelak di hari kemudian masing2 akan mempertanggungjawabkan pilihannya.

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat… (QS. Al Baqarah : 256)

QS AL Kafirun ayat 6 ini merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik. Sehingga masing-masing pihak dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik, tanpa memutlakkan pendapat kepada orang lain tetapi sekaligus tanpa mengabaikan keyakinan masing-masing. Absolutisme ajaran agama adalah sikap jiwa ke dalam, tidak menuntut pernyataan atau kenyataan di luar bagi yang tidak meyakininya. Ketika kaum musyrikin bersikeras menolak ajaran Islam, maka demi kemaslahatan bersama, Allah memerintahkan Nabi SAW menyampaikan di QS Saba’ 24-26, bahwa:

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَىٰ هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

  1. Katakanlah: “Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.

قُلْ لَا تُسْأَلُونَ عَمَّا أَجْرَمْنَا وَلَا نُسْأَلُ عَمَّا تَعْمَلُونَ

  1. Katakanlah: “Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat”.

قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ

  1. Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui”.

Pada ayat tsb terlihat bahwa ketika absolutisme diantar keluar, ke dunia nyata Nabi SAW tidak diperintahkan menyatakan apa yang di dalam keyakinan tentang kemutlakan kebenaran ajaran Islam, tetapi justru sebaliknya, kandungan ayat tsb bagaikan menyatakan: Mungkin kami yang benar, mungkin pula kamu, mungkin kami yang salah, mungkin pula kamu, serahkan saja kepada Tuhan yang memutuskannya.

QS Al Kafiruun ini sering dipakai untuk menolak ucapan selamat natal, hal ini perlu dikritisi. Allah berfirman dalam QS. Maryam ayat 33

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku dibangkitkan hidup kembali”.

Ayat ini mengabadikan serta merestui ucapan selamat hari kelahiran (Natal) yang diucapkan pertama kali oleh Nabi Isa. Ucapan selamat Natal diperbolehkan selagi tidak ada pengakuan tentang keTuhanan Yesus Kristus yang dapat mengaburkan akidah Islam. Ucapan natal yang disampaikan umat islam adalah dalam konteks  keyakinan :

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku Ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,  (QS Maryam : 30)

Ucapan selamat/salam/shalawat boleh disampaikan kepada seluruh nabi-nabi sebagai hamba dan utusan Allah. Merayakan hari natal dalam konteks keyakinan ini juga dibolehkan sebagaimana Nabi saw juga merayakan hari keselamatan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun dengan berpuasa ‘Asyura. Puasa ini diwajibkan oleh Nabi kepada umat islam sebelum berubah hukumnya menjadi sunah dengan turunnya perintah puasa Ramadhan.

قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى الهُم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى الهُل بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ نَحْنُ نَصُوْمُهُ تَعْظِيْمًا لَهُ

Nabi SAW tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya :”Apa ini?” Mereka menjawab :”Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur”. Maka beliau Rasulullah menjawab :”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.” (HR. Bukhori-Muslim)

Jadi tidak ada salahnya mengucapkan selamat natal selama aqidah masih dapat dipelihara dan selama ucapan itu sejalan dengan apa yang dimaksud oleh Al Quran sendiri yang telah mengabadikan ucapan selamat Natal itu. Demikian pula dengan menghadiri upacara natal yang bukan ritual. Hal ini dilakukan semata-mata dalam konteks keharmonisan hubungan bertetangga, pertemanan dalam bingkai persatuan negara (NKRI)

Pendapat ini bisa dianalogikan dengan pendapat beberapa ulama yang menyatakan bahwa seorang nasrani bila menyembelih binatang halal atas nama al Masih putera maryam, maka sembelihan itu boleh dimakan oleh muslim, baik penyebutan tersebut diartikan sebagai permohonan shalawat dan salam untuk beliau atau dengan arti apapun (Al Biqa’i dalam kitab Ar Raudhoh, dalam  menafsirkan QS Al An’am :121).

Referensi:

  1. M. Quraish Shihab, 2011, Tafsir Al Misbah : Pesan-Kesan-dan Keserasian Al Qur’an, cetakan IV, Lentera Hati, Ciputat-Tangerang
  2. Zuhairi Misrawi, 2017, Al Qur’an Kitab Toleransi : Tafsir Tematik Islam Rahmatan lil Alamiin, Pustaka OASIS, Jakarta
  3. M. Quraish Shihab, 2010, 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui, cetakan IX, Lentera Hati, Ciputat-Tangerang
  • 140shares
  • 0
  • 140
  • 0
Tags: Selamat nataltafsir
Previous Post

Bagaimana Supaya Kita Bisa Shalat Khusyuk?

Next Post

Malam – Malam Maulud (1)

M. Zahri Johan

M. Zahri Johan

M. Zahri Johan #Aktivitas a. Ketua Ponpes Progresif Fathimah al-Amin b. Guru MAN 2 Kota Semarang c. Pengasuh kawanislam.com # Motto Karakter adalah dasar prestasi

Related Posts

Eksistensi Santri Progresif di Era Digital dalam Menjaga Ghirah Dakwah
Akhlak

Eksistensi Santri Progresif di Era Digital dalam Menjaga Ghirah Dakwah

Desember 4, 2025
Mahasantri: Pengawal Kemerdekaan Menuju Peradaban Dunia
Akhlak

Mahasantri: Pengawal Kemerdekaan Menuju Peradaban Dunia

Desember 4, 2025
Dari Pesantren Menuju Peradaban Dunia: Kiprah Santri dalam Merawat Indonesia dan Menebar Inspirasi Global
Akhlak

Dari Pesantren Menuju Peradaban Dunia: Kiprah Santri dalam Merawat Indonesia dan Menebar Inspirasi Global

Desember 4, 2025
Akhlak Rasulullah sebagai Cermin Cinta: Menumbuhkan Generasi Beradab di Era Digital
Artikel

Akhlak Rasulullah sebagai Cermin Cinta: Menumbuhkan Generasi Beradab di Era Digital

November 25, 2025
Cinta Rasul di Era Digital: dari Like ke Amal Nyata
Artikel

Cinta Rasul di Era Digital: dari Like ke Amal Nyata

November 25, 2025
Please login to join discussion

Recommended

Ah, Rayuanmu Kurang Maksimal

November 28, 2018
Singa Allah dan Panglima Syuhada

Singa Allah dan Panglima Syuhada

Februari 13, 2022

Don't miss it

Etika Ber-Pilpres
Pengetahuan Islam

Syura dan Demokrasi

Juni 4, 2020
Apakah Semua Bid’ah itu Sesat ?
Pengetahuan Islam

Apakah Semua Bid’ah itu Sesat ?

Juni 4, 2020
AL WAHAN
Akhlak

AL WAHAN

Juni 4, 2020
Kiriman Pembaca

ANTARA MADRASAH DAN SEKOLAH

Oktober 25, 2018
Bahloel Tindak Haji
Cerpen

Bahloel Tindak Haji

November 2, 2022
TAQWANYA PARA PENDAKI
Akhlak

TAQWANYA PARA PENDAKI

September 15, 2020

KawanIslam.com merupakan media remaja Islam Indonesia untuk..

Categories

  • Acara
  • Agama
  • Akhlak
  • Artikel
  • Berita
  • Cerpen
  • Forum Rohis
  • Hikmah & Muhasabah
  • Hukum
  • Islam dan Sains
  • Kirim ke kawanislam
  • Kiriman Pembaca
  • Kisah Inspiratif
  • Kolom Guru & Orang Tua
  • Konsultasi
  • Pengetahuan Islam
  • Psikologi
  • Qur'an & Hadits
  • Sejarah dan Budaya
  • Video
  • World

Browse by Tag

akhlak Amin Syukur cerpen cinta rasul Dakwah era digital demokrasi forum guru forum orang tua Haji hikmah hukum Indonesia Islam islam dan sains islam nusantara kebahagiaan Kesabaran kesetaraan gender kisah sufi Literasi Man 2 Semarang maulid nabi Muhammad Nabi Ibrahim nafs NKRI NU pendidikan karakter Rohis sains Sains islam Sejarah sejarah islam sirah Nabawi siroh solusi spiritualitas beragama sufi tafsir tafsir kontekstual Taqwa tasawuf tokoh sufi Toleransi Umrah

Recent News

Eksistensi Santri Progresif di Era Digital dalam Menjaga Ghirah Dakwah

Eksistensi Santri Progresif di Era Digital dalam Menjaga Ghirah Dakwah

Desember 4, 2025
Mahasantri: Pengawal Kemerdekaan Menuju Peradaban Dunia

Mahasantri: Pengawal Kemerdekaan Menuju Peradaban Dunia

Desember 4, 2025

© 2018 KawanIslam - Web Developer KawanIslam.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Al Maidah 51

Lakum Dinukum Wa Liya Diin

 
Relasi Harmonis dengan Non Muslim
No Result
View All Result
  • Kiriman Pembaca
    • Kirim ke kawanislam
    • Berita
    • Kiriman Pembaca
    • Kolom Guru & Orang Tua
    • Forum Rohis
  • Kisah Inspiratif
    • Cerpen
    • Hikmah & Muhasabah
  • Konsultasi
    • Agama
    • Psikologi
  • Pengetahuan Islam
    • Akhlak
    • Hukum
    • Qur’an & Hadits
    • Sejarah dan Budaya
    • Islam dan Sains
    • Artikel
  • Pesantren Progresif Fathimah Al Amin
    • Profil Pesantren
  • Login

© 2018 KawanIslam - Web Developer KawanIslam.

Send this to a friend