Abad 16-17 Masehi, Muslim dan Eropa ada dalam posisi sejajar dalam percaturan peradaban dunia. Eropa sangat bergairah mengelola semua bidang profesinya. Kita mengenal Colombus dan Vasco da Gama sebagai pelaut-pelaut ulung. Lahir seniman-seniman berbakat semacam Leonardo Da Vinci, Michaelangelo, Shakespeare. Dunia politik ditata kembali oleh Machiavelli lewat bukunya ‘The Princes’, Francis Bacon dengan karyanya ‘Essays’, dan John Locke menulis a letter concerning toleration yang menjadi cikal bakal demokrasi. Penemu-penemu sains : Calvin, Copernicus, Kepler, Descrates, Galileo, Harvey, Leuwenhoek, Pasteur, Isaac Newton dll mengeksplorasi ilmu pengetahuan dan menemukan banyak hal.
Dilain pihak, muslim masih sibuk dengan urusan-urusan politik kekuasaan dan militer. Turki perang rebutan tapal batas dengan kerajaan Syafawi. Keturunan Sultan Sulaiman saling berbunuhan sehingga melemahkan Turki Utsmani. Aurangzeb, sultan Mughal menghancurkan warisan tradisi toleransi dari pendahulu-pendahulunya dan membantai warganya sendiri (umat Sikh dan Hindu). Di Nusantara, Amangkurat, sultan Mataram Islam mewarnai kerajaannya dengan kekejaman dan pembunuhan.
Kelalaian umat islam dalam menata bidang-bidang profesionalnya, akibat terlalu menghabiskan energi dalam politik-kekuasaan berdampak fatal. Di akhir abad 18, Umat Islam memandang ke sekeliling dengan ngeri bahwa mereka telah ditaklukkan. Dari Nusantara, Bengali hingga Istambul mereka tunduk pada dominasi orang asing dalam setiap aspek kehidupannya.
Sejenak perlu kita ingat kembali pesan Tuhan (Al Baqarah:177), ada 5 syarat untuk menjadi “muslim yang taat”:
- Menerima prinsip-prinsip keimanan
- Menjalankan rukun islam secara utuh
- Menolong yang membutuhkan
- Menegakkan profesionalisme
- Bersikap sabar ketika menghadapi cobaan dan kesusahan
Al Qur’an banyak menggunakan peristilahan profesional untuk menyatakan hal-hal terdalam dari lubuk hati manusia. Ini merupakan bentuk penghormatan yang tinggi pada profesi yang kita tekuni, seperti profesi perdagangan (QS. Ali Imran : 85), Perbankan (QS. AL Baqarah : 245), Pertanian (QS. As Syura : 20) dll. Bahkan nabi dan rasul yang diutuspun menekuni berbagai profesi tertentu: Adam (petani), Idris (penjahit), Nuh (tukang kayu), Yusuf (bendaharawan), Musa (gembala), Daud (raja), dan Muhammad adalah seorang pedagang. Allah berfirman di dalam Al Qur’an
وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ
“…dan orang2 yang menepati janjinya apabila ia berjanji, …” (QS. Al Baqarah : 177).
Komitmen yang lebih mulia untuk ditunaikan adalah sumpah profesi yang kita ikrarkan dibawah kitab suci.
Manusia diciptakan di dunia sebagai khalifah (QS. Al Baqarah : 30) dan ‘Kerja’ merupakan aktualisasi tugas sebagai khalifatullah, yaitu ‘co-worker’, wakil Allah, pemakmur bumi. Oleh karena itu dituntut sikap profesional dalam bekerja: Disiplin waktu dan disiplin kerja, percaya diri dan tangguh pendirian, berani menghadapi tantangan, visioner dan tanggung jawab, kreatif dan mandiri, leadership dan effisien, relationship, mau belajar, serta bersemangat melakukan perubahan.
Profesionalitas tersebut dibingkai dalam kesadaran penghambaan untuk meraih keberkahan. Bekerja secara ikhlas, komitmen dan Cinta; jujur dan merasa diawasi oleh Allah; merasa cukup (qanaah); Upaya keras (ikhtiar) dan pasrah (tawakal); mencari yang bermakna (halal) dan berkualitas (thayyib); konsisten (istiqamah) pada jalan yang lurus serta selalu eling (dzikir) dan berdo’a.
Ada dua hal yang jika ditunaikan dengan sungguh-sungguh maka bisa diraih keberhasilan, yaitu profesionalitas dan integritas. Dua sifat mulia ini merupakan bagian dari tujuh sifat hamba Allah yang beriman yang akan meraih keberhasilan di dunia dan akhirat
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Al Mu’minun : 8)
Apabila setiap muslim profesional dan berintegritas di bidang pekerjaannya masing-masing maka problematika umat yang ruwet di Indonesia dan secara umum di dunia islam akan terurai dan menemukan solusinya. Pada giliran selanjutnya akan terwujud negara yang makmur dan berlimpah ampunan dari Allah (Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur).