Pondok pesantren adalah pusat pengajaran pendidikan Islam tradisional di Indonesia yang berfokus pada mentransmisikan Al-Quran, Hadits dan ilmu agama Islam lainnya (Mardiah Astuti et al., 2023). Pondok pesantren bukan hanya berperan menjadi lembaga Pendidikan keagamaan, namun juga berperan penting dalam membentuk karakter dan kompetensi santri agar mampu menghadapi dinamika kehidupan modern. Masyarakat berharap pondok pesantren dapat terus berinovasi untuk memenuhi tuntutan zaman, terutama dalam hal mempersiapkan santri yang siap bersaing di era digital (Karimah, Mutiara, Rizki, & Farhan, 2023).
Namun, di era modern pondok pesantren menghadapi berbagai tantangan untuk tetap relevan dan menyesuaikan dengan dinamika zaman. Menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks, pondok pesantren telah berevolusi dari lembaga pendidikan agama menjadi lembaga pendidikan yang lebih komprehensif. Selain mengajarkan ilmu agama, pondok pesantren juga membekali santri dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan pasar kerja dan berkontribusi bagi masyarakat (Al Asyari, 2022). Pondok pesantren juga berfungsi sebagai pusat pemberdayaan masyarakat (Wiranata, 2019). Oleh karena itu, pondok pesantren perlu mencetak generasi yang memiliki kemampuan serta skill yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja global, sehingga dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa (Jamaluddin, 2012) .
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah kebutuhan untuk menyiapkan santri supaya mempunyai keterampilan hidup (life skill) yang relevan dengan dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat. Life skill adalah kunci keberhasilan seseorang dalam menghadapi tantangan hidup. Pendidikan yang berorientasi pada life skill akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul secara intelektual, namun juga mempunyai kemampuan sosial dan emosional yang baik sehingga mampu mengatasi permasalahannya sendiri (Siswaya, 2009). Dengan mengintegrasikan teori dan praktik, pendidikan akan lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan memungkinkan peserta didik untuk berkontribusi secara aktif dalam pembangunan masyarakat.
Satu diantara pondok pesantren yang mengintegrasikan kurikulum berbasis pendidikan life skill adalah Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin. Kurikulum berbasis pendidikan life skill dirancang guna melatih dan membina santri dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini selaras dengan visi yang ingin dicapai oleh Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin, yaitu “Pesantren progresif berbasis spiritual untuk mewujudkan generasi muda Islami yang berkarakter wasathiyah dan memiliki life skill”. Dengan demikian, diharapkan santri tidak hanya cerdas secara akademis namun juga mandiri dan siap menghadapi tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks. Beberapa program yang ditawarkan oleh pondok pesantren tersebut antara lain program tahfidz, kewirausahaan, sufi healing, dan dakwah kreatif (Islam, 2021).
Perbedaan kondisi yang ada di pondok pesantren menimbulkan beberapa kesenjangan, terutama dalam hal integrasi pendidikan life skill dalam kurikulum. Idealnya, kurikulum pondok pesantren harus terintegrasi dengan pendidikan life skill. Hal ini bertujuan supaya santri memiliki bekal yang lengkap untuk menghadapi dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat. Namun, dalam praktiknya, implementasi kurikulum berbasis pendidikan life skill di pondok pesantren masih menghadapi berbagai kendala. Selain itu, beberapa pondok pesantren juga masih ada yang menutup diri dengan tidak mengubah sistem pendidikannya menjadi sistem pendidikan yang lebih modern di tengah derasnya arus perkembangan zaman (Iryana, 2015). Tentu hal ini menyebabkan kesenjangan antara kebutuhan santri di era modern dengan sistem pendidikan tradisional yang masih diterapkan di beberapa pondok pesantren.
Perbedaan dan kesenjangan ini menjadi latar belakang penting untuk dilakukan penelitian tentang manajemen kurikulum berbasis pendidikan life skill di pondok pesantren. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas implementasi kurikulum berbasis pendidikan life skill di pondok pesantren, sehingga santri dapat memiliki bekal yang lebih lengkap untuk menghadapi masa depan.
Manajemen kurikulum berbasis pendidikan life skill di pondok pesantren adalah kegiatan yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan untuk memadukan antara kurikulum salaf dengan kurikulum keterampilan hidup (life skill). Hal tersebut sesuai dengan fungsi manajemen yang dikemukakan oleh George R. Terry.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan kurikulum berbasis life skill di Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin merupakan suatu proses sistematis yang mengacu pada prinsip-prinsip perencanaan berbasis tujuan (goal-oriented planning). Sebagaimana dijelaskan oleh Armodiwirio, perencanaan ini melibatkan serangkaian kegiatan yang terstruktur, mulai dari penetapan tujuan yang jelas, identifikasi sumber daya yang diperlukan, hingga evaluasi hasil (Armodiwirio, 2005). Dalam konteks pondok pesantren, perencanaan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi santri secara holistic. Hal ini sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang menekankan pentingnya keseimbangan antara ilmu pengetahuan, akhlak, dan keterampilan hidup (Hadi, 2015).
Kurikulum berbasis pendidikan life skill di Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin dirancang untuk membekali para santri dengan banyak keterampilan sehingga para santri bisa hidup mandiri dan tidak bergantung pada teknologi. Selain itu, Perencanaan kurikulum berbasis pendidikan life skill dilakukan dengan menganalisis kebutuhan para santri dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di luar. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin guna meningkatkan life skill santri, adalah Ekstrakurikuler Sufi Healing, Ekstrakurikuler Dakwah Kreatif, Ekstrakurikuler Kewirausahaan, dan Ekstrakurikuler Tahfidz.
Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses menyusun dan mengatur berbagai kegiatan dengan melibatkan pembagian dan pendelegasian tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Subekti, 2022). Oleh karenanya, penentuan sumber daya manusia juga merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai (Pujiharti, 2022). Sumber daya manusia yang berkualitas, seperti fasilitator yang kompeten dan berpengalaman di bidangnya sangat diperlukan untuk memfasilitasi pembelajaran (Puspa, Rahayu, & Parhan, 2023).
Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin hampir melibatkan seluruh santrinya dalam struktur kepengurusan yang ada. Keterlibatan seluruh pihak didasari oleh adanya misi untuk membekali santri dengan keterampilan leadership dan managerial (Islam, 2021). Struktur Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin dibagi menjadi 4 bidang, diantaranya bidang akademik, bidang life skill, bidang organisasi santri, dan bidang kerumahtanggaan. Masing-masing dari bidang tersebut memiliki tim yang bisa diberdayakan guna mencapai tujuan bersama. Dengan adanya pemerataan tugas dan tanggung jawab, maka tujuan dapat tercapai dengan baik (Fathurrochman, Adilah, Anjriyani, & Prasetya, 2022).
Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan merupakan inti dari manajemen yang bertugas guna mewujudkan perencanaan menjadi kenyataan. Fungsi pelaksanaan dalam pondok pesantren berarti kyai memiliki kewajiban untuk memberikan motivasi sekaligus mengarahkan bawahannya untuk bergerak sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik (G. G. Ramadhan, 2023).
Dalam pelaksanaannya Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin berfokus pada dua bidang yakni bidang karakter wasathiyah dan pendidikan life skill. Materi yang berkaitan dengan kurikulum salaf merupakan wujud dari adanya pendidikan intrakurikuler yang berusaha untuk mewujudkan generasi muda Islami yang berkarakter wasathiyah, sedangkan materi yang berkaitan dengan keterampilan (life skill) dimasukkan dalam pendidikan ekstrakurikuler untuk mewujudkan generasi muda yang memiliki life skill.
Program ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin terdiri dari Ekstrakurikuler Sufi Healing, Ekstrakurikuler Dakwah Kreatif, Ekstrakurikuler Kewirausahaan, dan Ekstrakurikuler Tahfidz. Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis pendidikan life skill di Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin, ditemukan faktor pendukung dan juga kendala yang dihadapi. Faktor pendukung diselenggarakannya pendidikan life skill, diantaranya adanya sarana prasarana yang memadai dan fasilitator yang kompoten di bidangnya, sedangkan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan life skill adalah motivasi santri yang kurang stabil sehingga berpengaruh pada antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Afni Amalia, bahwa beberapa faktor pendukung dalam implementasi program life skill pada pendidikan kesetaraan paket B adalah kompetensi tutor, ketersediaan sarana dan prasarana, dan strategi pembelajaran, sedangkan beberapa faktor penghambat diantaranya keterbatasan jumlah sarana prasarana dan minat warga belajar yang tidak merata (Amalia & Mulyono, 2024).
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan langkah strategis yang dilakukan guna memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Yunus, Luneto, & Anwar, 2021). Kegiatan pengawasan di Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin tidak hanya dilakukan oleh pengasuh saja, namun semua tim ikut terlibat dalam mengawasi berjalannya kurikulum berbasis pendidikan life skill. Kemudian temuan-temuan yang ditemukan di lapangan akan menjadi bahan evaluasi bersama.
Evaluasi kurikulum perlu dilakukan setelah adanya pengawasan. Tujuan dilaksanakannya evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai (Arofah, 2021). Evaluasi yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Progresif Fathimah Al Amin dalam mengevaluasi kurikulum berbeda-beda. Dalam bidang akademik, evaluasi dilakukan dengan mengadakan ujian di setiap semesternya, sedangkan dalam bidang life skill evaluasi dilakukan sesuai dengan kebijakan masing- masing ekstrakurikuler, namun masih dalam pengawasan pengasuh pondok pesantren. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan pendidikan life skill tidak dapat disamakan. Namun, berdasarkan data yang ada bahwa keberhasilan santri saat ini masih ditentukan dengan adanya perubahan yang lebih baik dari diri santri, dikarenakan masih belum ada indikator yang terstruktur dalam mengukur keberhasilan santri. Setelah adanya pengawasan hingga evaluasi, penilaian atau hasil belajar akan disampaikan melalui buku raport santri.