Islam lahir dari peradaban masyarakat Arab yang Jahiliy, secara leksikal Jahilyah memang bisa diartikan “bodoh”, tetapi secara realitas, masyarakat Arab Quraisy pada saat itu bukanlah masyarakat yang bodoh dalam hal keilmuan. Sebaliknya, orang-orang Quraisy adalah masyarakat yang masyhur akan kelihaiannya dalam bersyair. Bahkan, dalam setiap akhir pekan, mereka selalu beradu syair di pasar. Jahilyyah dinisbatkan kepada kaum kafir Quraisy karena kegelapan hati mereka menerima ajaran Islam, serta kebiadaban mereka dalam berakhlak.
Datangnya Islam membawa ajaran baru bagi seluruh ummat manusia di dunia. Islam datang bersama dengan diutusnya Muhammad SAW sebagai Nabi/Rosul untuk membawa dan menyebarkan Islam keseluruh penjuru dunia. Sama halnya dengan ajaran nabi-nabi sebelumnya, diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai pembawa ajaran Islam diikuti dengan turunnya kitab suci Al-Qur’an sebagai mu’jizat dan pedoman ummat islam.
Al-Qur’an berbeda dengan mu’jizat nabi-nabi sebelumnya yang bersifat material inderawi (hissiyah), layaknya mu’jizat yang diberikan kepada nabi Musa AS yang dianugerahi tongkat yang mampu berubah menjadi ular dan mampu membelah lautan, juga mu’jizat yang diberikan kepada nabi ibrahim yang tak terbakar oleh api, dan nabi-nabi lainnya.
Kehadiran islam kala itu, membuktikan kebesaran Allah SWT didalam memberikan mukjizat kepada sang baginda Nabi Muhammad SAW. Ya, Al-Qur’anul kariim, kehadiran kitab suci ini tidak hanya sebagai bukti atas kerasulan Muhammad saw, tetapi juga sebagai media untuk melemahkan kaum kafir Quraisy. Banyak para tokoh dari mereka mencoba menentang kehadiran Al-Qur’an dengan menandingi membuat kitab semacamnya. Namun, apa daya, mereka tidak bisa sama sekali menandinginya, bahkan untuk membuat satu ayat saja yang sepadan dengan Al-Qur’an mereka tidak mampu. Seperti yang difirmankan oleh Allah :
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأتُوا بِسُوْرَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوْا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ (23) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَالَّتِي وَقُوْدُوهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّ تْ لِلْكَافِرِيْنَ (24)
“ Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolong kalian selain Allah, jika kalian orang-orang yang memang benar (23) Maka jika kalian tidak dapat membuat(nya) dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah diri kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir (24). “ (Al-Baqarah ayat : 23-24)
Kelihaian masyarakat Quraisy dalam bersyair-pun ternyata tidak mampu menandingi Al-Qur’an bahkan untuk menyamai satu ayat saja. Keistimewaan Al-Qur’an tidak hanya sebatas pada konteksnya sebagai petunjuk bagi ummat Islam, tetapi jika kita mampu mempelajarinya ada keunikan-keunikan yang terkandung secara otentik. Terlihat dari segi gramatikal bahasanya, uslubnya (gaya bahasa) yang tidak akan mampu ditiru oleh akal manusia.
Semula, kaum kafir Quraisy mendakwa bahwa Al-Qur’an adalah syair yang ditulis dan dikarang Muhammad, namun tak bisa disangkal bahwa Rasulullah Muhammad saw merupakan seorang yang ummy, Rasul saw tidak bisa membaca apalagi menulis. Seperti yang dituliskan mufassir Nusantara Prof. Quraish Syihab dalam bukunya yang berjudul “ Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’I atas perlbagai persoalan Umat “ beliau mengatakan, pada masa itu sarana tulis menulis sangat langka, sehingga masyarakat lebih mengandalkan hafalan. Seseorang yang menulis diangggap tidak memiliki kemampuan menghafal, dan ini merupakan kekurangan. Penyair Zurummah pernah ditemukan sedang menulis, dan ketika ia sadar bahwa ada yang melihatnya, ia langsung memohon “ jangan beritahu siapapun, karena ini (menulis) bagi kami adalah aib “. Memang, pada masa itu orang-orang Quraisy dikenal sebagai penghafal yang kuat, mereka mampu menghafal puluhan bahkan ratusan syair diluar kepala.
Kehebatan Al-Qur’an bahkan menyumbangkan sesosok panglima perang yang merupakan gembongnya kaum kafir Quraisy dalam memerangi Nabi Muhammad saw kala itu, ketangguhan dan kegarangannya menjadikannya ditakuti banyak orang, beliaulah sahabat nabi Khulafa’ur Rasyidin Al Khalifah Ummar Bin Khattab RA, ia dikenal sebagai orang yang berkeinginan kuat untuk membunuh Muhammad, apalagi ketika ia mendengar kabar bahwa adiknya Fatimah dan suaminya telah masuk islam, seketika ia langsung menemui Fatimah dirumahnya, umar mendengar bacaan Al-Qur’an yang dilantunkan Fatimah, mengetahui bahwa umar datang, Fatimah bergegas berhenti membaca Al-Qur’an dan menyembunyikannya dari Ummar, lantas Ummar memukuli Fatimah hingga terluka dan meminta untuk melihat Al-Qur’an, tetapi Fatimah mengelak bahwasanya “ Engkau kotor, Mandilah hingga suci baru kau boleh menyentuh Al-Qur’an “, setelah itu ia meminta Fatimah untuk membacakan Al-Qur’an dihadapannya, seketika kerasnya hati Umar terluluhkan oleh lantunan ayat suci yang dibacakan Fatimah, dan meminta untuk bertemu dengan Rosulullah saw untuk masuk agama islam.
Al-Qur’an adalah pedoman bagi setiap langkah kehidupan manusia di jagat raya ini. Al-Qur’an bukanlah sebuah kitab ramalan tentang masa yang akan datang, tetapi apa yang telah dituliskan didalamnya selalu berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia nyata, baik dari masa lampau hingga masa yang akan datang. Berbagai cara orang-orang kafir menentang Al-Qur’an tetapi Allah selalu melemahkan mereka dengan cara-cara yang tidak kita ketahui.
Allah telah menjanjikan kepada setiap hambanya yang mau mempelajari Al-Quran, menghafalnya, terlebih mengimplementasikan nilai-nilai yang termaktub didalamnya kedalam diri mereka.
بَلْ هُوَ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ فِى صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَّا ٱلظَّٰلِمُونَ
“ Sesunggunya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata didalam dada orang-orang yang diberi ilmu, dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat kami kecuali orang-orang yang dzalim. “ (QS. Al-Ankabut : 49).