Pebulutangkis ganda campuran Indonesia peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2012 Liliyana Natsir yang yang lebih di kenal dengan sebutan Butet mengakhiri kariernya dari dunia bulutangkis. Final turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2019 menjadi ajang perpisahan. Prestasi Butet yang berpasangan dengan Nova dan Owi memang luarbiasa selama 17 tahun adalah pemegang gelar juara dunia terbanyak. Bersama Nova Widianto, Butet merebut gelar juara dunia tahun 2005, 2007 dan berlanjut di tahun 2013 dan 2017 bersama Owi. Semua gelar dipersembahkan untuk Indonesia. Butet mempunyai nasionalisme yang tinggi lewat olah raga bulutangkis.
Liliyana Natsir yang lahir di Manado Sulawesi Utara dengan sebutan Butet menjadi nama yang moncer dan di segani musuh di setiap pertandingan bulutangkis. Butet berpasangan dengan Tantowi Ahmad atau lebih di kenal dengan Owi yang lahir di Sumpiuh Banyumas Jawa Tengah adalah ganda campuran handal yang sudah banyak menorehkan tinta emas sebagai juara diajang bulutangkis dunia. Dalam sebuah wawancara di salah satu TV swasta, Butet mengatakan, gelar yang paling berkesan adalah juara BWF World Championships 2017 dengan mengalahkan pasangan ganda campuran peringkat satu dunia Zheng Siwei, Chen Qingchen dengan skor 21-16 dan 21-15 dalam pertandingan pressing ketat dan bisa keluar dengan sukses hingga menjuarai dengan strategi jitu yang mematikan. Sungguh Owi, Butet meraih prestasi puncak yang sangat membanggakan sebagi kado HUT RI yang ke 72 kala itu.
Butet adalah pemain ganda campuran yang syarat pengalaman dan berkali-kali menjuarai kejuaraan dunia dan sebelumnya Owi adalah pengganti Nova Widiyanto yang sudah memasuki masa purna di Pelatnas karena menginjak umur 35. Setelah beberapa kali ganti pasangan akhirnya Owi bisa menggantikan posisi Nova dengan menyingkirkan Muhammad Rijal, Devin dan Devin Lahardi lewat seleksi ketat di Pelatnas. Terpilih sebagai pengganti Nova, Owi sukses membawa gelar juara di beberapa turnamen internasional dari Malysia Open GP Gold 2011, Sunrise India Open Super Series 2011 hingga juara Yonex All England Badminton Championships 2013.
Pantang Menyerah dan Nasionalisme
Ketika Butet berpamitan untuk pensiun di tahun 2019, tidak mengherankan bila publik bulutangkis seperti tidak ingin kehilangan sosok yang ramah, disiplin, pekerja keras, tekun dalam berlatih dan pantang menyerah dalam bermain sebelum pertandingan selesai. Prinsip pantang menyerah itulah yang membentuk pribadi Butet sarat akan prestasi tingkat dunia. Chistian Hadinata menyebut ganda campuran menaikkan pamor perbulutangkisan Indonesia di tingkat dunia. Tekad Butet sudah bulat untuk pensiun dan berpamitan dengan Presiden Jokowi yang berpesan agar Butet memberikan motivasi kepada penerusnya untuk giat berlatih dan pantang menyerah di setiap pertandingan. Sungguh pengaruh Butet sangat luarbiasa di kancah perbulutangkisan Indonesia.
Satu prinsip yang dipegang Butet dan perlu dijadikan pegangan bagi penerusnya di ganda campuran adalah “ Siapapun tidak boleh menyerah sebelum kesempatan untuk menang menghilang. Kemenangan Owi Butet di berbagai pertandingan sesungguhnya tidak hanya bermakna bagi dunia olahraga, kemenangan tersebut dipersembahkan untuk negara dan bangsa, bahkan Owi, Butet pernah memberikan kado kemerdekaan Indonesia yang ke 72 dengan menjadi juara dunia semakin meyakinkan kita betapa kecintaan kepada tanah air akan menjadi semangat yang tidak akan terenggut oleh kekuatan manapun. Semangat patriotik Butet relevan dijadikan penyemangat pemain bulutangkis dan seluruh rakyat Indonesia untuk bangkit bersama dan bekerja sama-sama keluar dari krisis multi dimensi di bumi pertiwi. Presiden, Menteri, Gubernur, Walikota, Bupati dan seluruh rakyat bergandengan tangan maju bersama hingga negara Indonesia tinggal landas dari kemiskinan dan kerusakan moral sebagian para pemimpin. Pantang menyerah dan nasionalisme perlu dimiliki seluruh rakyat Indonesia di saat Pilpres, Wapres sudah dekat. Gesekan diakar rumput sering terjadi karena kurangnya nasionalisme.
Butet dan Owi yang berbeda latar belakang, namun kalau sudah bermain, semua dilupakan bahu-membahu menjadi yang terbaik mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Melahirkan Butet sebagai juara yang disegani lawan dan kawan tidak semudah membalikkan tangan dan membutuhkan proses yang lama dan berkelanjutan dengan latihan, kerja keras, doa dan tawakal, bahkan Butet masih latihan diluar program pelatnas. Lawan tanding Owi dan Butet di ganda campuran yang berasal dari berbagai negara dunia kaget dengan mundurnya Liliana Natsir karena keduanya adalah pemain yang kuat dan mempunyai teknik yang tinggi dalam bermain ‘bulu teplok’. Perjuangan Butet di kancah internasional sangat keras, wajarlah Allah swt memberikan kodo terindah keduanya yang dipersembahkan untuk negeri ini. Pertanyaan penulis, mampukah negeri ini melahirkan sosok Butet dalam waktu yang cepat, singkat dan secara masal ? Sungguh sulit merealisasikan cita-cita ini. Butet hanya sebagian kecil dari rakyat Indonesia tapi patut kita teladani perjuangannya dalam mengharumkan nama Indonesia dikancah internasional, melalui prinsip pantang menyerah dan rasa nasionalisme yang tinggi. Richard Mainaky pelatih ganda campuran Indonesia telah memberikan pesan kepada yunior di Pelatnas agar estafet tidak boleh terputus. Pasangan Praveen Jordan/Melati Daeva, Hafiz Faisal/Gloria Emanuella Widjaja, dan Tantowi Ahmad yang sekarang dipasangkan dengan Winny Oktavina Kandow mampu meneruskan Butet All England 6-10 Maret 2019 akan menjadi pembuktian awal ajang estafet prestasi tidak mandek. Perlu disiapkan strategi handal, semangat yang menyala dan pantang menyerah ala Butet. Semoga menjadi renungan.