Perayaan Valentine dahulu berasal dari festival Lupercalia di Romawi. Ritual ini digelar setiap 15 Februari sebagai upacara kesuburan yang didedikasikan untuk Faunus, Dewa Pertanian. Paus Gelasius I (abad ke-5) melarang tradisi ini dan sebagai gantinya Ia mendeklarasikan 14 Februari sebagai hari Valentine. Nama Valentinus kemungkinan merujuk pada tiga Santo (orang suci Nasrani) yang berbeda, yaitu pastor di Roma, uskup di Terni, dan santo di Afrika. Valentine dideskripsikan sebagai pastor yang dipenggal oleh Kaisar Claudius II karena membantu serdadu Romawi untuk menikah. Saat itu tentara dilarang kawin oleh Raja.
Hari raya Santo Valentinus yang bernuansa ‘cinta romantis’ diperkirakan mulai sekitar abad ke-14 di Inggris dan Prancis. 14 Februari diyakini sebagai hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Sastrawan Inggris, Geoffrey Chaucer menuliskan kepercayaan itu lewat bait puisi cinta di kisah “Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung)”. Sejak saat itu muda-mudi di Eropa dan Amerika merayakan gelora cinta mereka lewat kartu ucapan, hadiah, coklat hingga janjian kencan. Tradisi Valentinan ini juga populer di negara-negara muslim termasuk Indonesia.
Islam tentu saja menolak suatu tradisi yang di dalamnya terdapat larangan agama, seperti hubungan bebas antar lawan jenis. Al Qur’an memberikan batasan tegas tentang hal ini:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (Al Isra : 32)
Tetapi ada tradisi perayaan Valentine yang sedikit berbeda di Estonia. Setiap 14 Februari negara di kawasan Baltik Eropa Utara ini tidak merayakan hubungan cinta romantis layaknya pasangan yang sedang kasmaran. Anak-anak membuat kartu-kartu ucapan dan mengirimkannya kepada keluarga dan sahabat demikian pula dengan orang-orang dewasa. Setiap orang terlibat dalam kesemarakan ini sehingga jalinan kekeluargaan dan persahabatan menjadi semakin erat. Tradisi dengan muatan positif seperti ini bagus untuk dilestarikan. Kita juga bisa menduplikasi di sini lewat berbagai aktivitas yang kreatif dan positif. Bingkisan yang diberikan tidak harus coklat tapi bisa makanan tradisional khas daerah masing-masing agar dapat turut mendorong ekonomi lokal. Hadiah-hadiah itu kita peruntukkan untuk orang tua, saudara dan sahabat. Anda juga bisa merayakannya bersama anak-anak yatim sebagai wujud ekspresi welas asih.
Agama mengajarkan cinta kasih dalam kehidupan. Imam Ghozali dalam Ihya’ menuturkan, “Sesungguhnya cinta karena Allah adalah tujuan paling puncak dan merupakan salah satu tingkatan tertinggi dari para pencari jalan (salik)”. Orang yang paling bahagia di akhirat adalah orang yang paling kuat cintanya kepada Allah, karena kelak ia akan mendatangi dan bertemu dengan-Nya,
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah” (Al-Baqoroh 165).
Cinta memiliki power (kekuatan dalam diri) yang tinggi yaitu pada level diatas 500 skala kinesiologi. Bila Anda merasakan emosi tertentu, lalu otot dan kulit dideteksi dengan alat tes kinesiologi maka bisa direkam data yang kuantitatif (dalam skala 1-1000). Force adalah getaran pikiran dan emosi yang energi fibrasinya rendah (lemah), contoh:
- Keadaan memalukan, kurang harga diri, depresi (level 20)
- Merasa bersalah, menyalahkan orang lain dan lingkungan (level 30)
- Apatis, acuh tak acuh, putus asa, tidak percaya diri (level 50)
- Kesedihan, gelisah, bingung (level 75)
- Rasa takut, cemas, khawatir (level 100).
Level 100 ini adalah merupakan border line, batas antara sifat manusiawi dan insting hewani. Level di bawah 100 merupakan kondisi emosi yang muncul atas dorongan-dorongan hawa nafsu. Pada level selanjutnya (125-200) mulai muncul power yang digerakkan oleh ego manusia. Power adalah getaran pikiran dan emosi yang energi fibrasinya lebih kuat:
- Hasrat, nafsu/keinginan, rasa untuk memiliki (level 125)
- Amarah, emosi, benci, dendam (level 150)
- Angkuh, sombong, bangga diri, meremehkan dan menghina orang lain (level 175)
- Semangat yang membara, keberanian (level 200)
Pada tingkat kesadaran di atas 200, seseorang mampu memahami bahwa kebahagian dan hidupnya diputuskan oleh dirinya sendiri. Selanjutnya lahirlah kondisi emosi yang memiliki power tinggi, yaitu karakter yang lahir dari proses kematangan spiritual:
- Keseimbangan, bekerja tanpa pamrih, kepuasan diri, percaya diri (level 250)
- Optimis, niat yang kuat, inspiratif (level 310)
- Menerima diri sepenuhnya, memaafkan, ikhlas (level 350)
- Bijaksana, menemukan makna hidup (level 400)
- Cinta dan welas asih (level 500)
- Keceriaan dan suka cita (level 540)
- Kedamaian serta kebahagiaan yang mendarah daging (level 600)
- Pencerahan/insight yang tidak bisa digambarkan (level 700 – 1000)
Sayangnya, menurut Dr. Hawkins penulis buku Power vs Force, di abad modern ini warga dunia yang bisa mencapai level 500 tidak lebih dari 0,4 % (1 dari 250 orang). Orang-orang dengan energi diatas level 500-lah yang dapat berperan sebagai penyelamat dunia. Mereka merasakan kedamaian, kebahagiaan, penuh cinta, dan selalu bersuka cita. Manusia dengan kualitas seperti ini adalah sumber harapan bagi masyarakat modern yang materialis dan hedonis. Kehadiran mereka bisa menjadi sumber inspirasi dan pencerahan bagi masyarakat dunia.
Umat beragama, khususnya muslim, perlu turut berkontribusi menyebarkan rahmat di dunia melalui pembinaan kualitas pribadi masing-masing. Ketika hendak takbiratul ihram dalam shalat Anda seyogyanya menuntun hati: “Wahai Tuhanku Engkaulah tujuanku dan keridhaanMu harapanku, kurniakanlah Cinta dan Makrifat-Mu”. Untuk bisa menumbuhkan rasa cinta dalam hati, Nabi Muhammad saw mengajarkan doa sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim :
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِى حُبَّاكَ وَحُبَّ مَنْ اَحَبَّكَ وَحُبَّ مَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَى حُبِّكَ…
”Ya Allah, karuniailah aku untuk bisa mencintaiMu, mencintai siapapun yang mencintaiMu dan mencintai apapun yang dapat mendekatkan aku pada cintaMu”.
Marilah kita menyemai rasa cinta melalui penghayatan kalimat Tauhid,
- Mengosongkan hati dari selain yang dicintai ( ﻟَﺎ ﺇِﻟَٰﻪَ )
Seperti bejana jika dia dalam kondisi kosong dari sesuatu maka ia dapat diisi oleh sesuatu yang berharga. Seperti membersihkan tanah yang akan digunakan bercocok tanam dari rerumputan liar. Maka hati perlu dibersihkan melalui taubat dari dosa dan kelalaian.
- Menyempurnakan Makrifat ( ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪ )
Sabar dan syukur seperti meletakkan benih di dalam tanah yang bersih lagi subur, maka benih itu bisa tumbuh menghasilkan pohon makrifat:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“…Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit. (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizing Tuhannya….
(Q.S Ibrohim 24-25)