Jadi yang membedakan antara manusia dan hewan adalah ekspresi Ruh yang ditiupkan oleh Allah selama proses penciptaan janin di dalam rahim, seperti sabda Allah:
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan) -Nya dan Dia membuat bagi Anda pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As Sajdah: 9).
Kualitas ekspresi/perwujudan Ruh pada manusia melahirkan potensi-potensi sebagai berikut:
- Akal/ kecerdasan untuk observasi,
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Al Hajj : 46)
- Kefahaman,
وَلَمَّا سُقِطَ فِي أَيْدِيهِمْ وَرَأَوْا أَنَّهُمْ قَدْ ضَلُّوا قَالُوا لَئِنْ لَمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka Telah sesat, merekapun berkata: “Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, Pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.” (Al A’raf : 149)
- Iman,
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ مِنَ الَّذِينَ قَالُوا آمَنَّا بِأَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوبُهُمْ ¡
Hari rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka:”Kami Telah beriman”, padahal hati mereka belum beriman; … (Al Maidah : 41)
- Rasa,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي ۖ
Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab: “Aku Telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) … (Al Baqarah : 260)
- Merenung (Al Baqarah),
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۞ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ۞
- Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
- (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
- Dzikir / Kesadaran
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (Qaf : 37)
Metafora Kereta Kuda
Terdapat tujuh lapis tingkatan ruhani, dari yang paling sederhana hingga ruh tingkat tinggi yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan makhluk, sebagaimana firman Allah SWT:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (Al Isra’ : 85)
Ketujuh tingkatan ruh itu sebagai berikut:
- Ruh Mineral, terletak di rangka dan tulang belakang
- Ruh Nabati, liver dan sistem pencernaan membangun kehidupan tubuh
- Ruh Hewani, jantung dan peredaran darah, terletak motivasi, amarah, kesenangan
- Ruh Nafs (Pribadi), otak dan sistem syaraf, terletak ego dan kecerdasan
- Ruh Insani: hati spiritual, tempat belas kasih dan kreativitas
- Ruh Sirr (Rahasia): zuhud, hati nurani, tempat kebebasan dan kesadaran batiniah
- Ruh Sirrul Asrar (Maha rahasia): sultan jiwa, kearifan ilahiah, kesatuan dengan Tuhan
Ada sebuah metafora sufi kuno yang menyamakan ruh-ruh tersebut dengan sebuah kereta kuda. Ruh Mineral adalah rangka dan as roda, sedangkan Ruh Nabati adalah badan dari kereta kuda tersebut. Ruh Hewani adalah kudanya, ruh Pribadi adalah pengendara/kusirnya. Ruh Insani bersanding bersama ruh Rahasia dan maha Rahasia merupakan Sang pemilik, yang ketiganya duduk di dalam bilik kereta kuda tersebut.
Seluruh ruh tersebut haruslah sehat dan bekerjasama agar kereta kuda dapat berfungsi dengan baik untuk mencapai tujuan-tujuannya. Kerangka dan badan haruslah kokoh, roda-roda dan as roda haruslah kuat. Atap dan jendela harus kedap air, untuk berjaga-jaga dari turunnya hujan. Sebab jika kereta kuda tersebut rusak, maka perjalanan tidak dapat dilanjutkan.
Kuda-kudanya, satu hitam dan satu putih, haruslah sehat. Kuda hitam mewakili amarah, kuda putih mewakili hasrat. Kita membutuhkan jiwa hewani dan kemampuannya. Karena tanpa kekuatan motivasi dari mereka, kita tidak akan pergi ke mana pun. Kita menginginkan agar sang kuda sehat dan kuat. Kita juga menginginkan mereka untuk tunduk, patuh dan terlatih dengan baik.
Sang kusir haruslah cukup kuat dan cukup terlatih untuk mengarahkan kuda-kuda tersebut dan dapat mengemudikan kereta kuda dengan benar. Mungkin yang paling utama adalah bahwa sang kusir harus mampu mengikuti petunjuk dari sang pemilik. Jika kusir tidak memahami tujuan perjalanan yang akan dituju maka ia akan membawa kereta beserta pemiliknya menuju tujuan lain atau bahkan tersesat di perjalanan.
Sang pemilik haruslah sehat dan kuat, serta mampu melakukan komunikasi sehingga sang kusir dapat membuat keputusan yang tepat. Bagi sebagian orang tabung komunikasi antara pengendara dan pemilik tersumbat akibat pemakaian yang jarang. Sang kusir bahkan telah lupa bahwa ada sang pemilik yang berada di dalam kereta kuda tersebut, dan ia telah mengambil alih kekuasaan. Ego adalah budak yang baik namun tuan yang sangat buruk. Latihan dzikir pada satu sisi bertujuan untuk belajar mendengar suara samar-samar dari sang pemilik Kereta. Dengan disiplin berlatih maka suara dari sifat ke-Ilahian kita yang terdalam menjadi lebih jelas dan keras, serta lebih mudah untuk difahami.
Kecerdasan ruh Pribadi adalah alat yang baik, namun terbatas dan berpusat pada dirinya sendiri. Kita memerlukan ruh Insani, Rahasia dan Maharahasia untuk mengarahkan kereta kuda tersebut pada arah tujuannya. Ruh-ruh ini mengandung belas kasih, kearifan, dan petunjuk Ilahiah yang diperlukan untuk menjalani kehidupan yang bermakna sebagai seorang manusia. Idealnya, ketujuh ruh tersebut haruslah bekerja sama di dalam keselarasan. Jika salah satu ruh tidak dapat berfungsi, maka kereta kuda tersebut tidak dapat melanjutkan perjalanannya dengan baik.