فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (Ash Shaffat : 102)
Peristiwa kurban Nabi Ibrahim as adalah peristiwa besar yg selanjutnya menjadi Hari Raya umat Islam. tapi Nabi Muhammad saw tidak memberikan petunjuk jelas tentang siapa anak yang dikorbankan itu?. Betapapun dan siapapun yang disembelih, yang jelas Ismail dan Ishaq adalah para nabi suci yang keduanya dipuji oleh Allah SWT.
Al Qur’an juga seolah-olah menyebutkan putera tersebut adalah Ishaq, tampaknya kontroversi teologis sengaja dihindari agar pesan “kepasrahan dan cinta” Ibrahim dan puteranya pada Tuhan tetap menjadi topik utama. Kesediaan mereka mengorbankan apa yang paling mereka cintai (anak dan nyawa) itulah yang menjadi teladan bagi umat Nabi Muhammad.
Tulisan ini bermaksud menyampaikan keyakinan pribadi penulis bahwa anak yang dikorbankan itu adalah Nabi Ismail. Hal ini didukung dengan beberapa argumen:
- Kontradiksi
فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا
Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya’qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (Maryam : 49)
Keterangan dalam ayat ini disampaikan Allah ketika Ibrahim masih berada di Haran (Charrae), jauh sebelum peristiwa penyembelihan. Akan terasa kontradiktif perintah Allah untuk menyembelih Ishaq sedangkan sebelumnya Allah telah menjanjikan bahwa dari putranya Ishaq akan lahir Ya’qub.
Ayat dalam alkitab (Kejadian pasal 22) yang bercerita tentang perintah mengurbankan anak Ibrahim perlu juga dikritisi. Para ulama menganggap penyebutan nama Ishaq merupakan sisipan karena kontradiktif dengan keterangan “Anakmu yang tunggal…”. Ismail adalah anak pertama (tunggal), karena saat itu Ishaq belum lahir.
- Sifat Nabi Ismail
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ ۖ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ
Dan Ismail, Idris dan Dzulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar. (Al Anbiya’ : 85). Sifat penyabar pada Ismail yang ditunjukkan dalam ayat ini sangat sesuai untuk menggambarkan peristiwa penyembelihan tersebut. Penutup ayat 102 surat ash Shaffat secara redaksional juga menyebut kata shobirin, sehingga tampak serasi dengan sifat Nabi Ismail.
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ
Maka Kami beri dia (Ibrahim) kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar dan penyantun (Ash-Shaffaat : 101).
Ayat ini menjadi petunjuk kunci tentang siapa anak yang akan disembelih itu?. Sifat halim lebih sesuai dengan penyifatan Ismail dalam Al Qur’an, sedangkan Ishaq disifati dengan kecerdasan (alim), seperti dalam surat Al-Hijr ayat 53, ”Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan anak laki2 yang cerdas”
- Dua kabar gembira
Kabar gembira untuk Ibrahim dalam surat As-Shaffat disebutkan dua kali. Kabar gembira yang pertama (ayat 101) adalah Ismail, yaitu anak yang akan dikorbankan seperti diceritakan di ayat sesudahnya (ayat 102). Sedangkan kabar gembira yang kedua adalah terkait dengan informasi kelahiran Ishaq sebagai hadiah bagi Ibrahim atas kesabaran dan bukti cintanya kepada Tuhan.
وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh (as-Shaffat : 112)
Penyebutan sholihin pada ayat tersebut di atas sangat serasi dengan permohonan yang dipanjatkan oleh nabi Ibrahim sebagaimana disebutkan di surah as-shaffat ayat 100,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
- Tradisi yang lestari
Allah menjadikan peristiwa kurban Ibrahim pada putera tercintanya sebagai buah tutur yang baik bagi umat manusia dari generasi ke generasi.
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, (As-Shaffat : 108)
Terbukti umat Islamlah yang melestarikan tradisi qurban melalui Hari Raya Idul Adkha. Dalam prosesi ibadah haji, jamaah haji menyerap peristiwa agung tersebut melalui manasik haji. Berkumpul di Padang Arafah, melempari setan yang menggoda Ibrahim dan Ismail di Jamarat, lalu menyembelih qurban di Mina. Tradisi ibadah haji ini telah berlangsung jauh sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Pelaksanaan ibadah haji di kota suci Makkah menjadi petunjuk yang sangat jelas, bahwa Putra Nabi Ibrahim yang akan dikorbankan itu adalah Nabi Ismail as.
Demikian pendapat ini juga dikuatkan oleh banyak mufassir seperti: Ibnu Katsir, Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah, dan berbagai sumber lainnya.