- Percaya diri dan percaya kepada orang lain
Rasululloh SAW memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga memancarkan daya tarik bagi orang-orang yang mendengarkan dakwahnya. Kepercayaan diri yang tinggi ini juga membuat kecut mental dari para musuh-musuhnya. Suatu ketika Da’tsur dari kabilah Ghathafan mengendap-endap mendekati Nabi yang tengah tertidur di bawah pohon di Dzu Amarr. Dengan menghunus pedangnya ia berkata dengan penuh kemenangan, “Hai Muhammad, kali ini siapa yang akan melindungimu dariku?” Nabi lalu terbangun, lalu menatap Da’tsur dan berkata dengan penuh ketenangan dan keteguhan, “Allah”. Demi menyaksikan kepercayaan diri nabi ini mendadak Da’tsur menjadi lemas dan kecut nyalinya. Nabi berhasil merampas pedang tersebut dari tangan Da’tsur, kemudian berkata,”Siapa yang akan melindungimu dariku?”. Da’tsur menjawab dengan ketakutan,”Tidak ada seorangpun yang melindungiku, kecuali engkau ya Muhammad”. Rasulullah lantas mengembalikan pedang tersebut kepada Da’tsur, setelah peristiwa tersebut terbitlah hidayah padanya untuk memeluk Islam.
- Mampu mengendalikan emosi
Seseorang dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosinya, baik emosi agresif – repulsif yang muncul pada saat seseorang merasa disakiti dan ingin membela dirinya, maupun emosi bahagia-impulsif yang muncul pada saat seseorang merasa sangat berbahagia dan ingin mengungkapkannya pada semua orang disekitarnya.
Seseorang dengan tingkat kecerdasan emosional rendah jika ia gembira, maka ia meluapkan perasaannya dengan tindakan-tindakan yang agak berlebihan dan bila ia tersinggung, maka hilanglah akal sehatnya. Untuk mengatasi hal ini, Rasul memberi petunjuk kepada kita: ”Jika engkau mencintai sesuatu, maka sekedarnya saja, karena bisa jadi yang engkau cintai kelak menjadi yang paling kau benci. Jika engkau membenci sesuatu, sekedarnya saja, sebab bisa jadi suatu ketika nanti akan menjadi yang paling kamu cintai”.
- Memiliki Kepekaan
Seseorang yang memiliki EQ tinggi mempunyai sifat peka terhadap perubahan dan keadaan emosi orang lain (empati). Dengan empati, seseorang dapat merasakan kesulitan-kesulitan orang lain seolah-olah ia sendiri yang merasakannya, oleh karena itu ia akan memiliki kemampuan untuk ikut memberikan solusi terbaik bagi orang yang bermasalah tersebut.
Setelah peperangan Hunain Nabi mendapatkan ghonimah yang sangat besar, ada sebanyak 24.000 onta, 40.000 ekor domba dan masih banyak lagi yang lainnya. Beliau membagi-bagikan sebagian besar ghonimah kepada orang-orang Qurays yang baru saja memeluk Islam dengan tujuan melunakkan hatinya. Beberapa tokoh Qurays yang notabene kaya raya dan sebelumnya memusuhi Nabi, mendapatkan hingga 1500 onta. Sementara itu kaum Anshor yang dari awal berjuang membela Nabi, masing-masing hanya mendapatkan empat kambing/onta.
Hal ini menimbulkan kegelisahan dari kaum Anshor, dan muncul desas-desus di kalangan mereka,”Rasulullah telah berpihak kepada kerabatnya”. Disaat kegelisahan semakin memuncak, Saad bin Ubadah menyampaikan perihal ini kepada Nabi. Nabi segera mengumpulkan semua orang Anshor di suatu tempat, kemudian berpidato kepada mereka,”Apakah kalian tidak berbahagia wahai kaum Anshor, orang lain membawa domba dan onta, sementara kalian membawa Rasulullah ke rumah kalian?“. Demi mendengar ucapan Nabi, mereka menangis hingga janggut mereka basah dengan air mata. Serentak mereka berkata, ”Kami berbahagia dengan Rasulullah sebagai bagian kami”.
- Peduli
Kepedulian adalah sumber dari banyak kebajikan. Nabi bersabda,”Tidak beriman seseorangpun diantara kamu sebelum ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana yang ia cintai untuk dirinya sendiri”. Beliau adalah imam yang mempercepat sholatnya pada saat mendengar ada tangisan bayi dalam barisan jamaahnya. Pada saat beliau tersadar dari pingsannya menjelang sakaratul maut, beliau menyebut ummatii..ummatii… Di saat-saat yang berat tersebut beliau masih memikirkan bagaimana nasib umat sepeninggalnya.
- Partisipatif
Kecakapan tim dan potensi-potensi yang tersembunyi dalam diri orang lain dapat melejit apabila sebagai pemimpin anda selalu menjaga iklim emosional partisipatif. Iklim emosional yang partisipatif amat diperlukan dalam membina keterampilan-keterampilan sosial seperti kemampuan bekerja dalam tim, membangun networking, kolaborasi dan kooperasi, komunikasi dalam tim, juga untuk mempengaruhi orang dengan cara yang lebih benar dan elegan.
Pada saat pembangunan masjid Nabawi, Nabi ikut serta mengangkut batu bata bersama kaum muhajirin dan Anshor. Nabi ikut bahu membahu bersama penduduk madinah menggali bebatuan untuk membuat parit perlindungan guna membendung serangan koalisi suku-suku Arab dibawah pimpinan kafir Qurays. Kesediaan seorang pemimpin untuk turun langsung berpartisipasi bersama umatnya ternyata mampu membangkitkan semangat juang sekaligus meningkatkan loyalitas serta kesetiaan dari para pengikutnya.
- Selera Humor
Dampak positif yang ditimbulkan dari senda gurau adalah terciptanya suasana nyaman dan cair. Humor yang sehat dapat menghilangkan rasa jenuh serta menyegarkan fikiran dari kebekuan. Seorang laki-laki datang kepada Nabi dan berkata, Yaa Rasulullah bawalah aku besertamu”. Kemudian Nabi menjawab, ”Aku akan membawamu di atas anak onta”. Lelaki itu bertanya (penuh heran), ”Bagaimana mungkin anak onta bisa mengangkutku?”. Kemudian Nabi menjawab sambil tersenyum, ”Bukankah onta itu dilahirkan oleh onta juga..!”. 😀
Di kesempatan lain ada seorang nenek datang kepada Nabi minta didoakan agar bisa masuk surga. Rasulullah menjawab, ” Maaf Nek.., di surga tidak ada orang tua ”, nenek itu langsung menangis, lalu sambil senyum Nabi berujar, “Di surga nanti umurmu akan dimudakan lagi Nek, jadi muda belia dan cantik jelita”. Wajah si nenek langsung berbinar ceria, lalu Nabi pun mendoakannya agar masuk surga.