Beruntung, siapa yang tidak mau? Ada unen-unen (peribahasa) Jawa yang berbunyi “Wong bodho kalah karo wong pinter, nanging wong pinter kalah karo wong bejo” artinya “orang bodoh kalah dengan orang pintar (cerdik cendekia), tetapi orang pintar kalah dengan orang beruntung”.
Dalam bahasa Arab, kata beruntung dapat dipadankan dengan kata al-falaḫ. (الفلاح)
Nah, bagaimana caranya agar kita menjadi pribadi yang beruntung?
al-Quran Surat al-Baqarah ayat 1-5 menyatakan:
الم (1) ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين (2) الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة ومما رزقناهم ينفقون (3) والذين يؤمنون بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك وبالآخرة هم يوقنون (4) أولئك على هدى من ربهم وأولئك هم الْمُفْلِحُونَ (5)
artinya:
1) Alif laam miim.
2) Inilah Kitab (Al Quran) yang tidak ada keraguan didalamnya; yang merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,
3) (yaitu) orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, dan orang-orang yang menegakkan shalat, dan menafkahkan rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada mereka.
4) dan orang-orang yang beriman kepada wahyu yang telah diberikan kepadamu (Muhammad) dan wahyu yang telah diberikan kepada para nabi dan rasul sebelum kamu (Muhammad), serta orang-orang yang yakin akan adanya kehidupan alam akhirat.
5) Mereka itulah yang orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah Sang Pemelihara, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Pada QS. Al-Baqarah ayat 5 tertulis “ ūlaāika humul mufli ḫūn ” yang artinya “mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Inilah yang perlu dilakukan agar kita menjadi pribadi yang beruntung:
1. Beriman kepada yang Ghaib
Beriman itu artinya percaya. Bukti orang percaya kepada sesuatu adalah patuh/taat.
Contohnya ketika kita percaya kepada orang tua kita sebagai orang baik, maka apapun yang diperintahkan orang tua kepada kita pasti akan kita lakukan dengan patuh.
Percaya kepada yang ghaib artinya kita percaya kepada sesuatu yang kita tidak dapat melihatnya saat ini. Meskipun kita tidak melihatnya dengan mata kepala, namun kita percaya sesuatu itu ada (wujud).
Kita percaya adanya Allah Swt meski kita tidak bisa melihatnya hari ini. Kita percaya adanya malaikat, kita percaya ada para nabi dan rasul Allah, dan percaya akan ada hari kiamat.
Konsekuensi percaya kepada yang ghaib adalah kita harus bersikap dan bertindak baik dan tepat (saleh) dalam kehidupan sehari-hari. Karena Allah yang kita percayai keberadaannya itu maha melihat dan maha mengetahui semua aktivitas kita, baik kita nyatakan dalam ucapan dan tindakan, maupun masih dalam keinginan suara hati. Sehingga langkah pertama untuk menjadi pribadi yang beruntung adalah mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya sebagai konsekuensi percaya kepada yang ghaib.
2. Menegakkan shalat
Guru Besar Ilmu Al-Quran Prof. Dr. Quraish Shihab memaknai ayat ini sebagai mereka yang melaksanakan shalat secara benar dan berkesinambungan. Dikutip dari tafsir Jalalain arti ayat ini adalah melaksanakan shalat berdasar hak-haknya, yaitu khusyuk sesuai persyaratan, rukun dan sunnah yang digunakan oleh Rasulullah Saw.
jadi kalau kamu ingin menjadi pribadi yang beruntung, tegakkanlah shalatmu, jangan sampai roboh.
3. Membelanjakan rizki yang diberikan Allah
Rejeki merupakan jatah pemberian dari Allah yang kita terima. Imam Sya’rawi membagi derajat rejeki ada 4 (empat) tingkat,
rejeki paling rendah adalah harta, rejeki paling tinggi adalah sehat wal afiyat, rejeki paling utama adalah anak-anak yang sholeh, dan rejeki yang paling sempurna adalah mendapatkan ridlo Allah Swt.
Menafkahkan atau membelanjakan rejeki artinya menggunakan apa-apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kita dengan ikhlas, tidak kikir dan bakhil.
Jika kita dianugerahi kesehatan maka kita harus memanfaatkannya sebaik-kadar. Jika kita dianugerahi kecerdasan, maka kita harus memanfaatkan sebaik-tepatnya. Juga jika dianugerahi kekayaan, harus dimanfaatkan sebaik -ukaran. Dibelanjakan di jalan Allah. Untuk aktivitas yang bermanfaat untuk pribadi dan sesama, bukan sebaliknya.
4. Percaya kebenaran al-Quran
Untuk menjadi pribadi yang beruntung, selanjutnya adalah harus percaya bahwa apa saja yang diwahyukan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw adalah benar. al-Quran harus dipercaya sebagai pedoman dan petunjuk hidup yang menuntun umat manusia agar berpikir, bersikap dan bertindak yang baik dan benar. Sehingga membaca, memahami dan mengamalkan al-Quran merupakan bukti kamu percaya kebenaran al-Quran.
5. Yakin adanya kehidupan akhirat
Yakin adalah pengetahuan yang mantap tentang sesuatu yang dibarengi dengan tersingkirnya apa yang mengeruhkan pengetahuan itu, baik berupa keraguan maupun dalih-dalih yang dikemukakan lawan. Sebelum tiba keyakinannya, ia terlebih dahulu disentuh oleh keraguan, namun ketika ia sampai pada tahap yakin, maka keraguan yang tadinya ada langsung sirna. Nah, orang yang selalu beruntung ini, yakin adanya akhirat, sehingga aktivitasnya diorientasikan jauh ke depan, tidak hanya “disini” dan “sekarang” saja.
5 hal inilah yang perlu kita lakukan kita menjadi bagian dari orang-orang yang beruntung.
Semoga kita selalu dalam ridlo Allah Swt dan menjadi pribadi yang beruntung.