Para ahli Biologi berpendirian bahwa dunia mental dan emosional kita diatur oleh mekanisme-mekanisme biokimiawi. Kesejahteraan subjektif kita tidak ditentukan oleh parameter-parameter eksternal seperti gaji besar, karier menjanjikan, atau relasi sosial. Namun kebahagiaan ditentukan oleh parameter internal, meliputi sistem yang kompleks seperti syaraf, neuron, sinapsis dan berbagai zat biokimiawi seperti endorfin, serotonin, dopamin, dan oxytocin.
Hormon Endorfin adalah zat kimia seperti morfin yang diproduksi sendiri oleh tubuh, memiliki efek mengurangi rasa sakit dan memicu perasaan senang, tenang, dan bahagia. Serotonin berperan dalam mengatur suasana hati dan mencegah depresi. Dopamin memiliki fungsi neurotransmitter, menimbulkan perasaan positif, meningkatkan fokus dan vitalitas dalam bekerja. Oksitosin adalah hormon cinta, berfungsi dalam mempererat hubungan, meringankan stress, pemicu gairah seksual dan insting melindungi. Zat-zat biokimia tersebut dikenal dengan sebutan ‘hormon bahagia’.
Tak ada orang yang pernah dibuat bahagia oleh menang undian, membeli rumah, mendapat promosi jabatan atau bahkan menemukan cinta sejati. Orang-orang dibuat bahagia karena satu hal, yaitu sensasi-sensasi kesenangan dalam tubuh mereka. Seseorang yang baru saja menang undian jutaan, atau mendapatkan kekasih pujaan lalu melompat kegirangan sesungguhnya tidak sedang bereaksi pada uang ataupun cinta. Dia sedang bereaksi pada berbagai hormon yang sedang pesta pora di sekujur aliran darahnya dan ke badai sinyal elektrik yang memancar di antara bagian-bagian yang berbeda dari otaknya.
Sistem pengatur kebahagiaan berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya. Seperti pengatur suhu udara (AC) yang disetel pada angka 22 sedangkan AC lainnya disetel pada suhu 270 C. Walaupun di luar ada gelombang panas atau badai salju maka sistem pengatur suhu udara selalu akan mengembalikan suhu ke titik yang sudah disetel. Manusia juga begitu, pada skala 1 s.d 10, sebagian orang dilahirkan dengan sistem biokimia yang ceria sehingga memungkinkan suasana hati berkisar pada angka 6 s.d 10, dan stabil seiring waktu pada angka 8.
Orang lain bernasib memiliki biokimia yang suram sehingga angkanya berkisar antara 3 sd 7 dan stabil pada angka 5. Orang tidak bahagia macam ini seandainya di pagi hari dapat promosi jabatan dengan gaji berlipat, pada siang hari menemukan pengobatan untuk sakit kanker yang diderita, sorenya berhasil menyatukan pendukung 01 dan 02, dan malamnya bertemu kembali dengan anak yang sudah hilang bertahun-tahun, maka Dia tetap tidak mampu mengalami apapun di luar level 7 kebahagiaan. Otaknya memang tidak dibangun untuk kesenangan, sebesar apapun yang didapatnya. Bahkan, ketika menjumpai hal kecil seperti genting rumah yang bocor, orang seperti ini bisa kembali merasa tertekan.
Meskipun demikian faktor psikologis dan sosiologis juga punya peran. Seorang dengan kondisi biokimiawi seperti di atas ketika senang memang tidak akan sampai menari-nari di jalanan, namun sebuah pernikahan yang baik seharusnya memungkinkan yang bersangkutan untuk menikmati level kebahagiaan 7 dari waktu ke waktu, dan menghindari kesedihan level 3.
Jika kunci kesejahteraan subjektif ternyata ada di tangan sistem biokimia maka satu-satunya hal yang bisa membuat Anda benar-benar bahagia yaitu dengan memanipulasi biokimia tubuh. Prozac misalnya, dapat menaikkan level serotonin, sehingga bisa mengangkat orang dari depresi. Demikian juga dengan NAPZA, bisa memanipulasi berbagai level biokimiawi tubuh. Obat-obatan ini sering dijadikan sebagai solusi masyarakat modern untuk mengatasi perasaan tidak bahagia, depresi, rasa sakit dll. Karena anggapan bahwa kebahagiaan bisa datang dari pengaturan produksi endorfin, serotonin, dopamin dan oxytocin. Celakanya, penyalahgunaan obat-obat terlarang ini bisa bedampak pada kecanduan dan kerusakan syaraf otak yang bersifat permanen.
Sabar dan Syukur
Zikir memiliki arti mengingat, memperhatikan, mengenang sambil mengambil pelajaran. Zikir pada Allah mencakup makna menyebut keagungan Allah, rahmat dan siksa-Nya, perintah dan larangan-Nya dan juga wahyu-wahyu-Nya. Praktiknya bisa dengan berbagai cara dan bersifat implementatif dalam berbagai variasi yang aktif dan kreatif. Zikir merupakan salah satu cara untuk membangkitkan energi positif. Ia membentuk akselerasi mulai dari renungan, sikap, aktualisasi, sampai kepada kegiatan memproses alam.
Seseorang yang membiasakan diri berzikir dengan khusyu’ serta penuh keyakinan maka bisa meraih ketenangan jiwa. Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Ra’du : 28).
Melalui zikir yang kontemplatif, ‘hormon bahagia’ bisa diproduksi secara alami oleh sistem syaraf pusat dan kelenjar hipofisis. Endorfin, serotonin, dopamin atau oxytocin akan membanjiri darah dan menghasilkan perasaan bahagia, tanpa efek samping negatif malahan justru menambah kesehatan dan vitalitas tubuh.
Membaca dan mendengarkan ayat-ayat suci termasuk bagian dari zikir. Dalam buku Mukjizat Al-Qur’an, Quraish Shihab memaparkan beberapa hasil penelitian yang melaporkan bahwa mendengarkan dengan tekun ayat-ayat al Qur’an mempunyai pengaruh psikologis yang menenangkan hati hingga mencapai 97 % responden. Pengaruh tersebut bahkan terdeteksi oleh alat observasi elektronik dalam bentuk perubahan fisiologis, yaitu berkurangnya tingkat ketegangan syaraf.
Psycho Neuro Endocrin Immunology ( PNEI ), adalah studi yang mengkaji tentang interaksi antara proses psikologis, sistem saraf dan sistem kekebalan tubuh manusia. Ketenangan hati yang lahir dari zikir dapat mempengaruhi sekresi hormon-hormon positif yang berdampak meningkatkan imunitas tubuh terhadap penyakit. Praktisi zikir dapat memiliki daya tahan tubuh 4 kali lebih kuat terhadap penyakit. Dalam Buku ‘Kuberserah’, Amin Syukur mengeksplorasi pengalaman pribadinya untuk survive dari 2 kanker ganas, kanker otak dan nasovaring, dengan memadukan antara zikir dan pengobatan medis. Beliau berhasil mendapat kesembuhan padahal sebelumnya diprediksi usianya hanya tinggal 3 bulan.
Sabar dan syukur merupakan satu bentuk disiplin mental untuk mengaplikasikan zikir dalam kehidupan nyata. Kesabaran merupakan suatu kekuatan yang membuat diri seseorang dapat bertahan dari segala macam dorongan dan gangguan yang datang dari luar dirinya. Jika Allah mencintai seseorang maka ia diuji-Nya, agar berhasil dalam ujian tersebut dibutuhkan kesabaran.
Iman terdiri dari sabar dan syukur, keduanya menjadi landasan ruhani dalam perjalanan untuk mengenal Tuhan. Ketika seseorang mendapati hal-hal eksternal yang menyenangkan maka ia akan mengembalikannya kepada Allah dengan cara bersyukur. Dan apabila yang terjadi sebaliknya maka dengan bersabar. Rasul saw bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”[HR. Muslim]
Sabar dan syukur akan mengkondisikan biokimiawi seseorang pada titik kesetimbangan di level kebahagiaannya masing-masing. Saat merasakan sensasi kesenangan, rasa syukur mencegah agar tidak lepas kontrol. Ketika mengalami suasana tidak mengenakkan, sabar bisa mencegahnya tenggelam dalam kesedihan dan depresi. Maka Ia dari waktu ke waktu dapat menikmati puncak level happiness.
Link Terkait: