Habib Luthfi bernama lengkap Maulana al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya. Beliau dilahirkan di Pekalongan pada 27 Rajab 1367 H/10 November 1947. Ibunya seorang Syarifah bernama Sayidah al-Karimah as-Syarifah Nur binti Sayid Muhsin. Ayahnya, al-Habib Ali bin Hasyim bin Yahya, memiliki nasab atau jalur keturunan yang sampai kepada Rasulullah melalui jalur sayidina Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Habib Luthfi menempuh pendidikan pertama dari ayahnya, Habib Ali. Beliau juga menempuh pendidikannya di Pondok Pesantren Benda Kerep, Cirebon. Kemudian, selama 3 tahun berikutnya beliau habiskan waktunya untuk belajar di Hadramaut, Yaman. Berbagai kitab yang secara intensif dipelajari oleh Habib Luthfi antara lain kitab tentang hadis, tafsir, sanad, riwayat, dirayah, nahwu, tauhid, bacaan-bacaan aurad, hizib-hizib, kitab-kitab sholawat, kitab thariqah, sanad-sanadnya, nasab, hingga kitab-kitab kedokteran.
Pada tahun 1963, perjalanan thariqah dan bai’atnya dimulai dengan diperolehnya talqin thariqah dari Syeikh Muhammad Abdul Malik, mursyid Thariqah Naqsyabandiyah Khalidiyah Syazaliyah asal Purwokerto yang bermukim di Mekah, Arab Saudi. Dalam bidang dakwah dan nasyru syari’ah, thariqah, tasawuf, Habib Luthfi berhasil mendapatkan ijazah baik khas maupun umum.
Saat ini, Habib Luthfi menjabat sebagai Rois Aam atau pimpinan tertinggi dari tarekat Jam’iyyah Thariqah Mu’tabarah An-Nahdhiyah (JATMAN) dan pembina Majelis Ta’lim Kanzuz Sholawat. Selain itu, Habib Luthfi juga diangkat sebagai Ketua Forum Ulama Sufi Internasional.
Tarekat Kebangsaan
Masa kini yang modern ditandai dengan berkembang pesatnya ilmu teknologi dan informasi. Di zaman yang penuh dengan kemudahan teknologi pula menjadi tantangan dan penuh persaingan. Sikap yang kurang bijak dalam menghadapi dunia masa kini membuat manusia tersesat serta menurunnya tata nilai dan moral masyarakat yang penuh persaingan yang tidak sehat. Maka, untuk memupuk kembali tata nilai dan moral masyarakat para tokoh agama seperti ulama dan kiai ikut berkontribusi melakukan langkah penanganan melalui ajaran tasawuf yang ditanamkan pada kehidupan sehari-hari. Salah satu tokoh tersebut adalah Habib Luthfi bin Yahya.
Ajaran tasawuf dikenal sebagai ajaran yang diajarkan melalui cara damai, lembut, tanpa kekerasan. Begitu pula ajaran Habib Luthfi yang banyak disampaikan melalui cara-cara yang damai, tanpa menyakiti siapapun, serta bersifat merangkul berbagai pihak demi kesatuan dan keutuhan NKRI. Merujuk pada penjelasan Habib Luthfi bahwa tasawuf dipandang sebagai hal yang dapat membawa kedamaian di seluruh bangsa. Oleh karena itu pula Habib Luthfi dikenal sebagai ulama tasawuf yang memiliki komitmen kebangsaan dan cinta tanah air yang kuat. Melalui berbagai kegiatan dakwahnya, Habib Luthfi menyebarkan semangat beragama secara nasionalis kepada masyarakat khususnya umat Islam.
Beberapa kegiatan dakwah yang dilakukan Habib Luthfi antara lain acara rutinan Ngaji Kliwonan di gedung Kanzuz Sholawat Pekalongan, dan berbagai acara sholawat dan tausiyah kebangsaan yang diselenggarakan di berbagai daerah di Indonesia. Dalam setiap dakwahnya Habib Luthfi senantiasa mengayomi dan mengajak jamaahnya untuk senantiasa menjaga keutuhan, persatuan, dan kesatuan NKRI. Di akhir kegiatan tausiyah beliau selalu mengajak masyarakat untuk bersama-sama berdo’a agar Bangsa Indonesia senantiasa diberikan keamanan, keselamatan, kekuatan persatuan, dan kesatuan untuk membangun Indonesia agar lebih maju dan bersama-sama mengajak umat untuk saling merangkul satu sama lain demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Cinta Tanah Air
Rasa cintanya terhadap tanah air disampaikan Habib Luthfi melalui bait-bait lagu gubahannya sebagai berikut:
Keindahan bumi pertiwi
Terhias untaian mutiara
Pembangun bangsa yang sejati
Harum namanya di Nusantara
Jejak-jejak para pendahulu
Sejarah saksi kehidupannya
Tersurat tersirat masa lalu
Jadi bekal untuk penerusnya
Merah putih melekat di dada
Disinari pancaran imannya
Di manapun ia berada
Tetap cinta Indonesia
Pejuang agama kemerdekaan
Cermin untuk setiap pribadinya
Banyak yang sudah melupakan
Yang sehingga mudah digoyahkan
Wahai bangsaku yang kubanggakan
Relakah negerimu terpecah belah
Melunturnya kepercayaan
Fitnah melanda bagaikan wabah
Bangsa yang besar akan menghormati
Para pemuka dan para leluhurnya
Baginya tiada hidup tanpa arti
Amanah tertumpu masa depan di pundaknya
Merah putih melekat di dada
Disinari pancaran imannya
Di manapun ia berada
Tetap cinta Indonesia
Kesatuan dan peratuan
Benteng yang kokoh di Nusantara
Jati diri insan yang bertuhan
Menjaga keutuhan negara
*****
Dari kutipan bait-bait di atas terasa jelas bagaimana Habib Luthfi begitu mengapresiasi penuh terhadap bangsa. Sejarah bangsa juga menjadi sesuatu yang amat penting karena dapat menjadi bekal menempuh masa depan bangsa agar lebih baik. Beliau juga menuturkan bahwa keimanan juga seharusnya tercermin dalam sikap cinta negara. Kemudian kekonsistenan juga menjadi hal yang ia tekankan dalam merawat NKRI.
Lalu, hal yang sangat penting yaitu menghormati pemerintah. Habib Luthfi menyadari bahwa saat-saat ini banyak pihak yang berusaha mengacaukan kepercayaan masyarakat kepada pemerintahnya melalui berbagai media yang memprovokasi. Karena kepercayaan masyarakat dianggap sebagai sesuatu elemen penting dalam membangun bangsa yang kuat.
Penyebab sebuah bangsa mudah dipecah belah adalah karena ruh dari bangsa ini dalam mencintai tanah air dan negerinya telah luntur. Karena sudah meluntur, maka bangsa tersebut tidak mempunyai pijakan kokoh dalam memahami identitasnya sendiri, sehingga akan mudah terprovokasi.
Dalam banyak kesempatan Maulana Habib Luthfi acap kali menuturkan tentang pentingnya cinta tanah air. Bahkan karena begitu pedulinya dan menganggapnya sebagai hal yang sangat urgen hingga beliau mengadakan sebuah Konferensi Internasional dengan tema “Bela Negara” yang diselenggarakan di Pekalongan pada tanggal 27 hingga 29 Juli 2016 dan dihadiri oleh para ulama sufi lebih dari 40 negara serta ribuan pengikut tarekat dari Indonesia dan Asia Tenggara.