Kondisi belajar mengajar di sekolah menginginkan guru yang berkarakter yaitu guru yang mampu mendidik secara efektif dan menginternalisasi nilai hidup positif kepada peserta didik. Karakter dasar guru harus kuat dalam kompetensi paedagogis, kepribadian, profesional dan sosial
Rasulullah saw telah mewajibkan dan memotivasi kepada umatnya agar menjadi munusia yang berilmu dengan beberapa sabdanya : Carilah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Dari dua hadist tersebut muncul sebuah pertanyaan, kepada siapakah kita harus belajar dan bagaimanakah sikap kita ketika belajar ? Mangga masak pohon itulah jawaban filosofis sang guru dalam menuntut lmu sebelum mendidik. Mangga yang masak pohon rasanya lebih manis di banding dengan mangga yang di karbit. Alam raya telah memberikan pembelajaran yang teramat indah bagaimana seorang mencari ilmu. Sebuah pohon membutuhkan waktu tertentu untuk menghasilkan buah-buahan yang rasanya nikmat. Buah yang matangnya cepat tentu ada rekayasa kimia, kualitas buah dan rasanya tentu tidak senikmat yang alami.
Sesuatu yang instant tidak akan menghasilkan yang luar biasa. Mangga yang masak pohon perlu waktu bagi sang pemilik pohon untuk sabar, tlaten, ulet dan sungguh-sungguh dalam merawat mangga agar rasanya luarbiasa bila di nikmati waktu panen. Mangga masak pohon itulah sang guru yang harus benar-benar matang dalam ilmu, emosi dan spiritual. Sang guru harus memiliki kualifikasi kematangan kemampuan ilmu seperti matangnya buah mangga yang mateng wit. Kematangan Rasulullah saw dalam ilmu dengan didikan malaikat jibril secara langsung telah menghasilkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib sebagai pintunya ilmu karena Ali mendapat pengajaran langsung lewat madrasah Nabawiyah. Alqur’an di turunkan kepada Rasulullah saw selama 23 tahun walaupun Allah swt pasti mampu di turunkan sehari saja, Allah swt mempunyai cara agar kalamNya di terima Rasul dan para sahabat-sahabatnya secara maksimal. Rasulullah saw dan sahabatnya harus rela melawan terik matahari yang panas membara dan dinginnya malam hari di gurun pasir ketika hijrah dari mekah ke madinah. Proses yang panjang dan berliku-liku itulah menjadikan semuanya matang.
Guru Berkarakter Ibarat Mangga Masak Pohon
Dalam meniti jalan ilmu pengetahuan banyak ulama-ulama belajar dalam waktu yang lama dan dengan syaikh(guru) yang mumpuni. Al-Jabar, Ibn Sina, Al-Biruni, Ibn Khaldun mereka harus belajar dengan susah payah sebelum menjadi ilmuwan dan ulama. Wajar jika Harun Ar-Rasyid penguasa dinasti Abasiyah menyusun kurikulum sendiri dan di sodorkan sendiri langsung pada syaikh yang mumpuni ilmunya agar mendidik putranya Al-Amin dan Al-makmun sebagai penerus estafet dinasti Abasiyah. Wal hasil dua putra Harun Al-Rasyid sukses sebagai penerus dinasti Abasiyah, bahwa Al-Makmun membuka ruang bagi cendikiawan dan ilmuwan pada zamannya untuk berlomba-lomba berkarya dengan penelitian, membuat buku dengan iming-iming hadiah yang cukup menggiurkan dari khalifah. Perpustakaan Dinasti Abasiyah sangat maju, masyarakat berduyun-berduyun ke tempat perpustakaan, iklim ilmiyah begitu hidup, sehingga munculah syaikh- syaikh yang hebat dan di segani karena kealiman dan ketinggian ilmunya. Guru semestinya menguasai Kompetensi sebagai syarat mangga masak pohon yaitu : Kompetensi akademik, pedagogik, profesional, kipribadian dan sosial.
Tidak kalah penting setelah guru mempunyai kompetensi juga harus ikhlas memberiikan ilmunya seperti jatuhnya mangga karena masak di pohon. Anak-anak yang di bawah pohon akan menunggu dan akan merasa senang jikalau ada mangga yang jatuh. Guru yang berkompetensi, ihklas memberikan ilmunya, murid menerima ilmu dengan tawadhu’ di tandai dengan membungkukkan badan ketika mengambil mangga yang jatuh di tanah. Jadilah sinergi yang luar biasa dan kita yakin akan muncul generasi emas yang cerdas intelektual, spiritual dan emosianal.
Pembelajaran formal di Indonesia memang sangat panjang mulai dari PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTS, SMA/Aliyah dan Perguruan Tinggi. Dalam proses yang cukup lama tersebut jika peserta didik rajin, tekun, bertanggungjawab maka akan menghasilkan buah yang matang yang siap bersaing dalam kehidupann nyata dalam segala bidang. Semoga menjadi renungan.
Ahmad Riyatno, S.Ag, M.Pd.I