Zaman modern merupakan zaman dimana banyak sekali penggunaan teknologi yang dapat membantu pekerjaan manusia dengan lebih cepat dan efisien. Banyak sekali teknologi-teknlogi baru bermunculan dengan kemampuan yang lebih canggih dari sebelumnya. Mulai dari kendaraan, alat komunikasi, hingga mesin-mesin dalam bidang industri. Namun, dengan kemajuan teknologi saat ini juga diiringi dengan penggunaan bahan bakar fosil yang semakin meningkat. Penggunaan bahan bakar fosil mesin industri atau pabrik dan kendaraan bermotor selain menghasilkan energi yang kita butuhkan juga menghasilkan hasil samping yang biasa kita sebut limbah. Limbah dari bahan bakar fosil biasanya mengandung zat beracun atau yang biasa disebut zat toksik.
Penggunaan zat atau bahan kimia toksik di era modern semakin meningkat. Bidang pertanian, industri, hingga kesehatan tak luput dari penggunaan bahan kimia yang limbahnya dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan dapat berupa pencemaran tanah, air, maupun udara. Jika saat ini lingkungan yang kita tinggali sudah tercemar, bagaimana lingkungan di masa depan? Apakah kita akan tetap tinggal di lingkungan yang tercemar? Atau justru kita akan meninggalkan lingkungan yang tercemar? Dan apakah kita akan membuka tempat baru untuk ditinggali dan menjadikannya tercemar? Dan apakah kita akan terus mengkonsumsi bahan makanan yang tumbuh di lingkungan yang tercemar bahan toksik?
Allah SWT berfirman dalam Qs. Ar-Rum ayat 41
يَرْجِعُونَ لَعَلَّهُمْ عَمِلُوا الَّذِي بَعْضَ لِيُذِيقَهُم النَّاسِ يْدِيا كَسَبَتْ بِمَا وَالْبَحْرِ الْبَرِّ فِي لْفَسَادُا ظَهَرَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”(Qs. Ar-Rum: 41).
Salah satu wujud dari kerusakan di muka bumi adalah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya penggunaan bahan kimia toksik secara terus-menerus. Pada perkembangannya, kemajuan sains hanya terfokus untuk mendapatkan produk ekonomis dan manfaatnya, dengan tersedianya sumber daya alam yang melimpah tanpa memperhatikan limbah yang dihasilkan. Namun dengan meningkatnya kebutuhan produk kimia menyebabkan pemanfaatan sumber daya alam berlebihan yang berdampak pada pencemaran lingkungan. Selaras dengan meningkatnya penggunaan zat kimia toksik juga diiringi dengan berbagai ide untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada. Salah satu cara untuk meminimalisir pencemaran adalah dengan menerapkan prinsip Green Chemistry.
Green chemistry adalah suatu falsafah atau konsep yang mendorong desain dari sebuah produk atau proses yang mengurangi dan atau meminimalisir produksi zat-zat (substansi) toksik dan berbahaya. Green chemistry berfokus pada kesinambungan antara manusia, kimia dan lingkungan. Tujuan utama green chemistry adalah penemuan di tingkat molekuler dan atom sehingga dapat meningkatkan efisiensi bahan kimia yang menghasilkan sedikit atau tidak dihasilkan limbah.
Green chemistry merupakan sebuah istilah yang dikemukakan oleh Paul Anastas pada tahun 1991. Trevor Kletz memprakarsai konsep tersebut sebagai solusi alternatif pencegahan pencemaran lingkungan. Adapun konsep tersebut meliputi perencanaan proses, penggunaan bahan, desain produk dan tata kelola limbah. Green chemistry dapat diartikan sebagai pemanfaatan seperangkat prinsip yang mengurangi atau menghilangkan penggunaan atau pembangkitan zat berbahaya dalam perancangan, pembuatan dan aplikasi produk kimia.
Salah satu prinsip Green chemistry adalah pencegahan (prevention), merupakan upaya pencegahan pemborosan dibanding pengobatan atau pembersihan. Dengan kita mengetahui perbandingan setiap unsur-unsur dalam membentuk senyawa kimia, kita dapat memperkirakan penggunaan bahan kimia yang digunakan dengan seminimal mungkin. Sehingga, kita dapat mencegah terjadinya bahaya toksik pada lingkungan hidup. Penerapan Green Chemistry pada aktivitas dan proses produksi yang dilakukan secara konsisten dan tepat, dapat mengurangi bahkan menghilangkan senyawa beracun yang berdampak manusia, biosfer, dan lingkungan sekitar. Green Chemistry memang tidak akan menyelesaikan semua masalah polusi, energi dan pangan. Tetapi peranannya mampu memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kelestarian hidup jangka panjang (sustainable development).
Referensi
- Abdullah Bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, 2004 Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 Diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar, Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
- Siti, Arini Wahyuningsih dan Jamilatur Rohmah. 2017. Penerapan Green Chemistry dalam
Pengembangan Modul Praktikum untuk Mata Kuliah Larutan,. Jurnal Pendidikan. 8 - Paul T. Anastas dan John C. Warner, 1998, Green Chemistry: Theory and Practice, New York:
Oxford University Press