Hampir bisa di pastikan setiap hari minggu, penulis mengikuti Car Free Day di Simpang Lima Semarang dengan bersepeda melewati jalan Atmodirono dekat Masjid Undip, kampus Pasca Sarjana Undip hingga jalan Pahlawan sering melihat seseorang mengendarai sepeda motor atas nama pribadi dan yayasan berbagi memberikan nasi bungkus kepada penjual kaki lima, tukang parkir, tukang becak bahkan orang yang kebetulan lewat dijalan tersebut, jika kita beruntung akan mendapatkan nasi bungkus juga.
Sedekah adalah salahsatu ajaran agama Islam yang gampang diucapkan, namun susah untuk diamalkan. Tidak sedikit umat muslim mampu dan istiqamah menjalankan amalan bersedekah. Setiap harta yang kita miliki adalah terdapat hak orang lain yang harus diberikan melalui sedekah sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt dalam membersihkan harta. Sedekah tidak dapat dipaksakan namun panggilan jiwa. Alangkah bahagia jika seorang yang kelaparan, mendapatkan makanan, dan tentu akan bersyukur dan mendoakan yang memberi dengan doa agar sehat, sejahtera dan banyak rejeki.
Penulis juga pernah mengikuti kegiatan keagamaan di kampus Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang dipusatkan di masjid Shalahudin yang menyediakan makanan, minuman yang tiap hari berganti untuk berbuka puasa di bulan Ramadhan ditiap tahunnya. Menu bahkan di jadwal dibuat leaflet, pamflet yang menarik serta jadwal penceramah, narasumber dibagikan kepada jamaah. Menurut pengamatan penulis yang survey langsung dibeberapa masjid di bulan Ramadhan 2017, para penceramah adalah orang-orang hebat di Yogyakarta, sebut saja Rektor UIN Kalijaga Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi Ph.D, Prof. Mahfudz MD, Prof. Amin Rais, MA , Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, MA Rektor UNY yang sekarang digantikan oleh Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd dan cendikiawan yang kompeten dalam bidangnya. Gerakan sedekah untuk berbuka ternyata merata di setiap masjid yang berada di Yogyakarta, misalnya masjid Jogokariyan yang memberikan servis yang luarbiasa kepada jamaah. Wajarlah di masjid Jogokariyan dalam pelaksanaan shalat Subuh jumlah jamaah nya hampir sama dalam pelaksanaan shalat Jum’at. Sebenarnya syarat bisa ikut berbuka hanya mengikuti kajian atau tadarus yang diadakan masjid. Syarat tersebut adalah syarat yang mudah, maka wajarlah banyak mahasiswa, pelajar, masyarakat umum berbondong-bondong ke masjid. Sudah mendapatkan ilmu, buka pun gratis.
Di Semarang sebenarnya gerakan sedekah nasi bungkus juga sudah menggeliat di beberapa masjid di semarang. Setiap hari Jum’at, setelah shalat selesai melaksanakan shalat jum’at, zikir, doa pengurus masjid langsung membagikan nasi bungkus yang sudah disiapkan. Jamaah yang mengikuti shalat jumat pun akan merasa senang apalagi jamaah yang sebagaian bear adalah sales-sales, pekerja yang dalam keadaan capek setelah separoh hari bekerja maka shalat jum’at dan makan nasi bungkus bersama jamaah lain akan menjadi hiburan yang menyenangkan. Sungguh pemandangan yang indah dan menyenangkan akan pentingnya kerukunan dan kebersamaan sesama muslim
Pesan akhir dari tulisan ini adalah, gerakan sedekah ini memang sepele, namun akan bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan dan merasakan. Semoga gerakan bersedekah bisa diikuti orang lain dalam berbagi. Bukankah Allah swt akan menambah nikmat jika mau bersyukur dengan berbagi.