Di usia yang sudah lanjut, sekitar umur 170 tahun Nabi Ibrahim masih menyempatkan diri mengunjungi putera pertamanya, Ismail di Kota Suci Makkah. Ketika hendak kembali ke rumahnya di Palestina, Nabi Ibrahim bermunajat dan menyampaikan tujuh permohonan kepada Allah. Doa-doa terakhir beliau ini direkam dalam al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 35 hingga 41. Permohonannya kepada Allah diantaranya yaitu sebagai berikut:
Mohon Keamanan Kota Makkah
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri Ini (Mekah), negeri yang aman, … (Ibrahim : 35)
Saat itu Makkah telah ramai dikunjungi banyak orang, pada ayat ini digunakan bentuk makrifat/difinite (al-balad). Banyak musafir yang singgah untuk mengambil keberkahan air sumur Zam-zam, dan setiap tahunnya orang-orang sama menunaikan haji.
Doa Nabi Ibrahim tersebut dijawab oleh Allah melalui jaminan keamanan di Baitullah. Allah memerintahkan dengan syariatnya kepada seluruh manusia untuk memberikan rasa aman kepada siapa saja yang berkunjung dan masuk ke Masjidil Haram. Allah berfirman:
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman… (al Baqarah : 125)
Ka’bah yang dilukiskan sebagai amnan memberi kesan bahwa keamanan itu bukan saja menyatu dengan Ka’bah, tetapi wujudnya sendiri adalah keamanan. Sehingga siapa saja yang mengunjunginya dan merasakan kehadirannya sebagai rumah Allah, pasti akan merasakan keamanan. Betapa tidak, bukankah yang berkunjung itu berada di rumah Allah, ar-Rahman, Ar-Rahim, al-Malik dan as-Salam.
Pesan yang tersirat dalam ayat ini mengajarkan umat Islam untuk berdoa bagi keselamatan dan keamanan wilayah tempat tinggalnya masing-masing dan agar penduduknya mendapatkan rizqi yang melimpah.
Mohon bisa istiqomah dalam mendirikan shalat
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Ibrahim : 40).
Ada rahasia hikmah yang sangat besar di dalam ibadah shalat. Permulaan ujian (bala’) yaitu perintah Allah kepada Ibrahim untuk meletakkan Hajar dan Ismail yang masih bayi di dekat Baitullah. Disusul kemudian ujian yang lebih berat berupa perintah menyembelih Ismail. Setelah berhasil lulus lalu Allah memberikan titah untuk membangun Ka’bah serta mensucikan Baitullah. Cobaan, ujian dan perintah tersebut menjadi fondasi dan pilar spiritual yang menyokong syariat shalat.
Nabi Ibrahim menyadari bahwa tujuan shalat baru dapat tercapai apabila Ia mendapat bimbingan dan kekuatan dari Allah untuk melaksanakannya. Maka ia memohon agar bisa istiqomah dalam mendirikan shalat. Doa ini dikabulkan oleh Allah, ibadah paling utama ini selanjutnya dilestarikan oleh anak cucu Nabi Ibrahim dari generasi ke generasi.
Shalat yang dilaksanakan oleh umat Islam di dalamnya tercakup ibadahnya seluruh nabi dan rasul. Ketika membaca doa iftitah, berarti meneladani Nabi Ibrahim kholilullah. Nabi Yusuf membaca ta’awudz, memohon perlindungan kepada Allah. Nabi Nuh menyebut Asma Allah ketika menaiki bahtera, demikian pula dengan permulaan surat yang ditulis oleh Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis yang dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim.
Nabi Adam saat ditiupkan ruh ke dalam jasadnya mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil alamiin. Berdiri dan i’tidal adalah shalatnya Nabi Zakaria, Nabi Daud melaksanakan ibadahnya kepada Allah dengan ruku’. Ketika bertasbih berarti mencontoh para malaikat yang setiap saat memuji-Nya. Pada saat sujud merendahkan diri bersama seluruh Nabi dan orang-orang terpilih, seperti dalam firman-Nya:
إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (QS. Maryam : 58)
Ketika duduk tasyahud, merasakan perjalanan agung Nabi Muhammad ketika menghadap Allah. Rasulullah saw mendapatkan perintah shalat lima waktu pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini. Melalui shalawat, menghubungkan keberkahan Nabi Muhammad dengan keberkahan leluhurnya, Nabi Ibrahim.
Ketika salam meneladani Nabi Yahya dan Nabi Isa yang mengajarkan kedamaian dan cinta kasih. Salam penutup shalat disimbolkan dengan gerakan kepala menengok ke kanan dan ke kiri, perwujudan misi Nabi Muhammad sebagai rahmatan lil alamin. Melalui shalat terhimpun curahan rahmat Allah atas diri para nabi dan rasul yang mulia itu, kemudian lumeber kepada seluruh kaum beriman yang tengah menunaikan shalat dengan khusyu’.
Shalat merupakan “makanan bergizi” yang dibutuhkan oleh jiwa manusia. Melalui shalat manusia menyambungkan dirinya dengan Tuhan untuk berkomunikasi dengan-Nya. Ketika rombongan suku Tsaqif yang bermaksud memeluk Islam, tapi ingin dibebaskan dari kewajiban shalat maka Rasulullah bersabda: “Tidak ada kebaikan dalam suatu agama tanpa ruku’ dan sujud (shalat)” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Mohon Dibangkitkan Rasul dari keturunan Ismail
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al-Hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Al Baqarah:129)
Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim di tempat dan waktu yang lain, yaitu ketika Baitulah baru saja selesai dibangun. Beliau memohon Allah berkenan mengutus seorang Rasul yang terus membacakan ayat-ayat Allah baik yang tertulis maupun ayat kauniyah yang dibentangkan-Nya di alam raya. Rasul yang diharapkan itu juga akan terus mengajarkan kandungan al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (sunnah dan kebijaksanaan), serta mensucikan manusia dari segala macam kekotoran, kemunafikan dan penyakit-penyakit kejiwaan.
Doa pada ayat tersebut menggunakan redaksi “wab’ats fihim”, artinya Rasul yang dimohonkan oleh Nabi Ibrahim itu agar berasal dari anak keturunan Nabi Ismail. Setelah berlalu dua ribu lima ratus tahun, permohonan itu dijawab oleh Allah melalui diutusnya Nabi Muhammad SAW. Beliau saw bersabda, “Aku adalah jawaban doa ayahku Ibrahim” (HR. Abu Daud ath-Thayalisi). Nasab Nabi Muhammad bersambung ke Nabi Ismail dari jalur Adnan, yakni kakeknya Nabi Muhammad ke-20.
Nabi Ismail menikah dengan orang arab al-A’ribah dari suku Jurhum yang ikut tinggal menetap di Makkah. Keturunan campuran Arab dan Nabi Ismail ini disebut sebagai Arab al-Musta’ribah. Salah satu tokoh dari keturunannya bernama Adnan, sehingga kelompok arab Musta’ribah juga dikenal dengan sebutan al-Adnaniyyun. Silsilah Nabi Muhammad secara berurutan yaitu: Adnan, Ma’id, Nizar, Mudhar, Ilyas, Mudrikah, Khuzaimah, Kinanah, Nadher, Malik, Fihr, Ghalib, Lu’aiy, Ka’ab, Murrah, Kilab, Qushai, Abdu Manaf, Hasyim, Abdul Muthalib, Abdullah, Muhammad saw .
Keberkahan Allah meliputi poses kelahiran Nabi saw. Muhammad artinya yang terpuji berkali-kali, ayahandanya bernama Abdullah yang berarti Hamba Allah, ibundanya bernama Aminah artinya selalu merasa aman, Abdul Muthalib nama kecilnya Syaibah al-hamd artinya orang tua yang terpuji, bidan yang membantu proses kelahirannya bernama asy-Syaffa’ artinya yang sehat dan sempurna, diasisteni oleh pelayan kecil yang bernama Barakah yang berarti keberkahan, Beliau disusukan oleh Halimah artinya lapang dada.
Rumah kelahiran Nabi saw saat ini berada di kompleks Masjidil Haram dekat terminal Bab Ali yang searah dengan Bab as-Salam atau tempat sa’i (mas’a). Dahulu rumah tersebut pernah dijadikan Musoleum oleh ibunda dari khalifah Abbasiah, Harun al-Rasyid. Saat ini rumah tersebut oleh pemerintah Arab Saudi dijadikan sebagai perpustakaan atau museum maulid Nabi. Di tempat inilah dilahirkan seorang yang sangat mulia yang menjadi rahmat terbesar dari Allah yang dianugerahkan untuk umat manusia, maka atas karunia tersebut hendaklah kita menyambutnya dengan haru gembira.