Assalamualaikum wr wb.
Prof, saya ada pertanyaan. Saya orang luar Jawa yang hidup di Jawa Tengah sangat terasa sekali budaya malu yang masih hidup dalam lingkungan sekitar saya. Apakah arti budaya di Jawa itu sesuai atau sejalan dengan ajaran Islam? Bagaimana bisa saya dapat menyesuaikan diri dengan sekitar?
Wassalamualaikum wr wb
(Zahro)
Jawab:
Waalaikumsalam wr wb.
Iya Budaya malu sesuai atau diperluas dengan mengajar Islam.
Dalam Islam ada istilah Haya` (malu), seperti hadits nabi yang berbunyi:
الحياء من الايمان
Malu adalah termasuk bagian dari iman
Adalagi hadits nabi saw.
اذا لم تستحي فاصنع ما شئت
Jika kamu sudah tidak memiliki malu, maka lakukan apa saja yang kamu kehendaki.
Hadits pertama haya` (malu) duduk posisi pokok, sejajar dengan iman kepada Allah SWT.
Karena mengukur nabi yang pernah menandaskan bahwa:
الايمان والحياء قرناء جميعا
Iman dan malu senantiasa menjadi partnernya,
Hal ini berarti menyimpan iman dari hati, maka lenyap pulalah rasa malu dari hati seseorang. Demikian pula kebebasan rasa malu lenyap dari hati, maka lenyap pulalah iman dari hati seseorang. Jika demikian, maka kalian akan melakukan apa saja, tanpa beban untuk atasan atau bawahan, tidak mampu melihat ke kanan dan ke kiri. Orang-orang tidak ingin tahu kalau sedang diawasi oleh Allah SWT.
Kembali ke budaya jawa, orang Jawa memiliki dua prinsip dalam bergaul, yang disebut Etika Orang Jawa,
- Rukun: seperti halnya punjung kompilasi hari-hari tertentu, etho’-etho ‘ (pura-pura) menyapa bercampur bertatap muka, ada jothaan dan sebagainya.
- Hormat: dilanggengkan tubuh posisi ngobrol (dalam hal ini isikan ceramah dengan orang yang tua, sebelum membungkuk); dalam berbicara ada bahasa ngoko, madya, krama; podisi tempat duduk, hirarki keluarga, prinsip wedi , isin dan sebagainya,
Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah budaya MALU , sebagai pengejawantahan budaya Jawa “ISIN” dan termasuk di dalamnya TAKUT sebagai pengejawantahan dari budaya Jawa WEDI .
Kedua Prinsip etika jawa yang ditemukan dalam Islam, misalnya rukun bisa membuktikan persaudaraan (QS. Al-Hujurat ayat 10) dan prinsip hormat banyak ditemukan dalam al-Qur`an dan al-Hadits.
Nah, untuk bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitar, diperlukanlah menumbuhkan rasa malu. Bagaimana caranya?
-
- tumbuhkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada kita,
- tumbuhkan rasa cinta dan harga diri sendiri,
- tumbuhkan rasa sungkan kepada orang lain, lebih-lenih yang memiliki reputasi dalam liburan
Contoh dalam kehidupan sehari-hari .. Mencontek teman atau buku saat ulangan? Harus malu donk ..
Akan tetapi, saat belajar atau kuliah di kelas, jika ada penjelasan guru yang kurang jelas, anggap Anda tidak malu bertanya.
Jadi pada praktiknya, lakukanlah hal ini bisa dipakai sesuai pada konteksnya.
Demikian, semoga ada manfaatnya.
Wassalamu’alaikum wr wb.