Isu-isu seputar intoleransi yang beragama dalam beberapa tahun terakhir cukup marak di Indonesia. Intoleransi tersebut tidak hanya antar-pemeluk agama yang berbeda, namun juga terjadi dalam agama yang sama. Hal ini cukup membuat para pendidik, orang tua dan juga penggerak masyarakat yang peduli akan keutuhan dan kerukunan bangsa Indonesia.
Beberapa pengabdi yang peduli dengan isu-isu intoleransi di kota Semarang mulai Agustus 2016 kegiatan yang dikhususkan bagi para penulis ROHIS. Kegiatan tersebut dibungkus dalam Pelatihan Pelatih Islam Rahmatan Lil Alamin bertempat di MAN 2 Kota Semarang.
Dalam kegiatan tersebut, 50 peserta yang merupakan perwakilan kerohanian dari 14 Madrasah Aliyah se-Kota Semarang memberikan wawasan Islam yang damai dan inklusif. Wawasan tersebut sangat penting karena kita hidup di Indonesia yang multikultural. Kondisi tersebut dapat ditangani dengan semangat semangat agama yang berpangkal di inti tasawuf. Inti dari ajaran tasawuf adalah melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari dunia yang tercipta [1] , dan memunculkan akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Pengertian dunia ini, berhubungan dengan mental mental yang tidak dapat dilakukan pada hal hal keduniaan [2] .Jika essensi atau hakikat tasawuf adalah pembinaan mental ruhani agar selalu dekat dengan Tuhannya. Esensi inilah yang disebut sudah sejak zaman Nabi Muhammad saw [3] .
Pilih materi TOT yang mencakup:
- Mengenal Radikalisme
- Islam Rahmatan lil Alamin
- Spiritualitas dalam beragama
- Spiritualitas dalam mengatasi angka
- Spiritualitas dalam Dzikir,
- Spiritualitas shalat,
- Praktek shalat khusyu ‘
- Diskusi (internalisasi materi)
- Tahajjud dan Muhasabah (internalisasi materi)
- Olah raga dan game (internalisasi materi)
- Pluralisme dalam masyarakat multikultural
- Game dan roleplay
- Kontra radikalisme melalui spiritualitas beragama
Upaya penanaman wawasan Islam yang damai dan toleran tersebut, oleh ketua Tim pengabdi, Prof Dr HM Amin Syukur, MA, dinyatakan akan optimal jika dilakukan dengan memberdayakan generasi muda atau teman sebaya ( rekan ). Para aktivis kerohanian Islam di Madrasah Aliyah, dilibatkan memiliki peran besar dalam melancarkan arus utama Islam damai dan toleran ini, untuk membendung semakin gencarnya penanaman paham intoleransi, bahkan radikalisme di lingkungan siswa SMA dan yang sederajad.
Referensi:
[1] Amin Syukur, 1997, Zuhud di Abad Modern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
[2] Amin Syukur, 2006, Tasawuf bagi Orang Awwam , Pustaka Pelajar, Yogyakarta
[3] Amin Syukur, 2003, Tasawuf Kontekstual , Pustaka Pelajar, Yogyakarta